Total Tayangan Halaman

Minggu, 10 Mei 2009

Penghambat Beribadah

PENGHAMBAT BERIBADAH



"Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang ya
ng sholeh."Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta,Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Alla amat mengetahui segala yang gaib?" (Qs. At-Taubah:75-78)

Ayat diatas menggambarkan seseorang yang telah di beri karunia Allah kesempatan yang baik tetapi tidak bisa memanfaatkannya, bahkan dia melupakannya. Inilah sifat manusia yang selalu berdusta dan banyak berbuat maksiat.
Dalam usaha untuk menghindari dan menjauhkan diri dari siksa dan murka Allah pada Hari Perhitungan, banyak langkah yang harus kita lakukan. Memperbanyak ibadah dan ama shaleh adalah salah satunya.
Walaupun kelihatannya mudah,memperbanyak ibadah dan amal shaleh akan terasa sangat berat bagi sementara orang, terutama mereka yang tidak memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk berusaha.
Sesuatau yang dapat menyebabkan amal ibadah akan terasa berat adalah jika seseorang sudah terbiasa mengikuti hawa nafsunya. Kecenderungan hawa nafsu selalu menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat badani,sedangkan pebuatan-perbuatan kebajikan justru sebaliknya. Oleh karena itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus untuk mengatasi dorongan nafsu jika seseorang ingin melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan baik.
suatu hal yang juga akan menghalangiseseorang untuk memperbanyak amal kebajikan adalah perasaan bahwa dia sudah melaksanakan banyak ibadah dan amal shaleh. Perasaan yang demikian adalah pikiran yang dibisikan syetan untuk menghambat seseorang supaya tidak memperbanyak ibadahnya. Orang semacam ini akan berkata : "Saya telah banyak berbuat baik, semua kewajiban telah saya laksanakan... kurang apa lagi ?" Orang yang berpikiran demikian tidak akan mau memperbanyak amal ibadah, karena dalam pandangan dia sudah banyak beramal. Pikiran yang seperti itu, tanpa disadarinya akan membawa kepada beberapa kerusakan lainnya, antara lain :
a. Dia akan merasa bangga dan puas diri terhadap amal-amalnya. Sebab yang diperhatikan hanyalah kebaikan-kebaikan dan banyaknya saja dari amal-amal yang dilakukannya. Dia hanya memperhatikan sisi lahiriyahnya saja dari amal-amal tersebut. Padahal jika setiap amalnya dilakukan dengan penuh khusyu' dan kehadiran hati dengan disertai perasaan bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah, tentu dia tidak akan memandang besar amalannya. Ia akan melihat amalnya sebagai usaha yang berat dan banyak sekali kekurangannya. Ia juga melihat amalannya sangat tidak berarti jika dibandingkan rahmat dan kasih sayang Allah yang telah diberikan kepadanya. Maka yang dilakukannya adalah selalu memperbaiki dan memperbanyak amalnya ibadahnya dengan harapan supaya Allah ridha kepadanya dan diampuni semua kesalahan-kesalahannya, dengan rahmat dan kasih sayang-Nya.
b. Orang yang merasa banyak amalnya akan berpikir bahwa dirinya sudah berhak mendapat balasan pahala, berupa kenikmatan hidup, surga dan keridhaan-Nya. Inilah yang tampak di depan matanya.sedang dia tidak sabar akan segala cacat dan kekurangan amalnya. Dia tidak menyadari,walaupun amalannya sebanyak amalan semua jin dan manusia, tetap saja tidak akan dapat menyelamatkan dari siksa neraka atau memasukannya ke surga. Lain halnya dengan orang yang mengenal Allah serta hak-hak-Nya berikut pengabdian yang seharusnya dilakukannya karena kemuliaan dan Keagungan-Nya.Dia akan melihat dirinya yang begitu lemah dengan segala kekurangannya. Dia merasa sangat membutuhkan pertolongan Allah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban-Nya atas segala kesalahan dan kekurangannya.
c. Dia merasa tidak membutuhkan ampunan dan maaf dari Allah. "Bukankah amal kebaikan dan ketaatanku ini menyebabkan akau berhak mendapat pahala dan masuk surga ?" demikian pikirnya, "Lalu mengapa harus meminta ampun?". Inilah salah satu akibat dari merasa sudah banyak beramal, sehingga tidak membuhtukan ampunan dan pemaafan lagi. Dia merasa, dengan amalnya yang banyak akan cukup untuk membawanya ke surga. Sikap demikian,pada hakekatnya merupakan kesombongan dan kezaliman terhadap Allah. Pantaskah orang yang sombong dan tidak membutuhkan ampunan Allah mendapatkan pertolongan dan pengampunan ?
Begitu setiap orang yang beramal jika disertai anggapan bahwa apa yang dilakukannya sudah baik, merasa sudah banyak beramal,tanpa memperhatikan cacat dan kekurangan -kekurangannya.Perasaan/pikiran-pikiran seperti itu jika tidak segera ditaubati dan istighfar kepada Allah,berbagai kerusakan dan kehancuran akan segera menimpanya.
Perasaan demikian banyak menimpa sebagian besar orang , terutama mereka yang beramal hanya dengan anggota badan semata,tanpa disertai kehadiran hati, muraqabah dan tidak menghadapkan perhatian kepada Allah. Amalan yang demikian sedikit sekali manfaatnya, di dunia maupun akhirat. Meskipun banyak,amalan seperti itu hanya akan melelahkan badan dan membawa banyak resiko.
Wallahu A'lam


Kamis, 07 Mei 2009

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah

MENELADANI
KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak mengingat Allah".

Figur kepemimpinan yang seharusnya di jadikan contoh oleh para pemimpin dan calon pemimpin bangsa saat ini adalah figur kepemimpinan Rasulullah SAW yang telah berhasil mewujudkan masyarakat madani. Rasullulah SAW adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan tinggi dalam hal menarik simpati dan mempengaruhi orang lain jauh melampaui kewenangannya, dengan misi kerasulan yang diembannya.Keberhasilan dalam kepemimpinannya itu tidak terlepas dari sifat-sifat dasar kepemimpinan yang melekat pada diri Rasullulah yakni Shiddiq (jujur, benar , berintegrasi tinggi dan terjaga dari kesalahan), Amanah (dapat dipercaya, memiliki legitimasi, dan akuntabel), Tabligh (senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan sesuatu yang wajib disampaikan),dan Fathonah (cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan profesional).
Sifat jujur ini telah melekat pada diri rasul sejak kecil. Kejujuran yang ditunjukan beliau dalam keseharian kehidupannya membuat beliau sangat dipercaya oleh semua orang, baik pengikutnya maupun orang-orang kafir.


Sifat amanah yang melekat pada diri Rasulullah membuat beliau sangat dicintai umatnya dan disegani oleh semua musuh yang menentang ajaran yang dibawanya. Sifat tabligh, yang selalu ditampilkan beliau ditunjukan dengan tetap konsisten menyampaikan kebenaran yang berasal dari wahyu Allah atau dikurangi. Inilah prinsip keterbukaan/transparansi yang selalu dijunjung tinggi oleh Rasulullah SAW. Sifat fathonah (cerdas) dalam kepemimpinannya ini, antara lain ditunjukan dengan kemampuannya berkomunikasi dengan para sabahatnya dengan bahasa dan taraf pengetahuan sesuai dengan lawan bicaranya. Setiap redaksi hadits yang begitu indah, penuh makna dan hikmah serta kaya ilmu adalah hasil dari kecerdasan beliau mengolah suatu pesan yang perlu disampaikan kepada umatnya.

Disamping sifat-sifat utama dalam kepemimpinan, beliau juga dikenal memiliki sifat sabar, tidak pendendam, lemah lembut dalam tutur kata, tegas dalam bersikap, bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah, bijaksana dalam mengambil keputusan, dan sederhana dalam kehidupannya.Dengan sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah ini,dalam waktu yang relatif singkat (23 tahun) beliau dapat merubah kondisi masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang berakhlak,sesuai misi kerasulannya untuk memperbaiki akhlak manusia. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kepribadian utama Rasulullah SAW yang sangat bijaksana dan penuh cinta kasih.

Kasih sayang Rasulullah SAW ini bukan hanya kepada manusia,tapi juga kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam suatu riwayat,Suhail bin Hanzhaliyah berkata: "Rasulullah SAW melewati seekor unta yang punggungnya melekat dengan perutnya (sangat kurut dan kelaparan), maka beliau bersabda: "Takutlah kalian kepada Allah atas binatang yang tidak bisa bicara ini tunggangilah dengan baik dan beri makanlah dengan baik pula". (H.R.Abu Dawud). Rasulullah SAW juga suatu kali pernah memiringkan sebuah bejana air untuk seekor kucing, lalu kucing itupun minum,kemudian beliau berwudhu dengan air minum sisa kucing itu. (H.R. Ath-Thabrani)

Praktek kepemimpinan Rasulullah SAW juga tidak hanya terjebak dan tenggelam dalam kecintaan kepada Allah SWT semata. Beliau tetap mampu menjaga keseimbangan antara posisinya sebagai "kekasih" Allah yang mengharuskan beliau senantiasa mengingat-Nya disatu sisi, dan sebagai hamba dan rasul-Nya yang mengharuskan beliau untuk senantiasa berbaur ditengah-tengah masyarakat untuk menyampaikan kebenaran. Hal tersebut dapat terjadi karena Rasulullah SAW tidak pernah kehilangan spiritual dengan Allah SWT. Seorang pemimpin harus dapat menjaga dan memelihara hubungan vertikal dengan Allah SWT (Hablumminallah) dan memelihara hubungan baik secara horizontal dengan sesama manusia (Hablumminannas).

Sebagai pemimpin umat, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang terus-menerus berada dalam hubungan spiritual dengan tuhannya. Doa yang dipanjatkan beliau tidak hanya tiap hari, tetapi dalam setiap aktivitasnya, menjelang tidur, ketika bangun tidur, mau makan dan selesai makan, mau masuk WC, keluar WC, masuk masjid, hendak berpergian dan lain sebagainya. Semua itu juga menjadi indikasi kecintaan beliau kepada Tuhannya, sebagai Dzat yang selalu memerintahkan agar hamba-Nya tidak berhenti memohon dan berdo'a kepada-Nya.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang telah mendapatkan jaminan pengampunan dosa dari Allah SWT,,tetapi sejarah mencatat bahwa Aisyah hampir saja merasa 'cemburu' kepada Muhammad SAW ketika beliau melakukan shlt malam hingga kakinya bengkak, karena terlalu banyak berdiri .Kepemimpinan Muhammad SAW membuktikan bahwa beliau adalah orang yang sangat mencintai orang lain, tidak hanya terbatas pada keluarga, dan kerabatnya, tetapi juga terhadap semua sahabatnya, bahkan terhadap orang-orang kafir yang selalu memusuhinya. Rasulullah SAW selalu membalas kebancian orang dengan cinta dan kasih sayang. Dalam suatu riwayat Rasulullah SAW berperang untuk memenangkan kota makkah,kemudian beliau keluar bersama kaum muslimin lainnya untuk memerangi Hunain, maka Allah menolong agama-Nya dan juga kaum muslimin.Lalu saat itu Rasulullah SAW memberikan seratus onta kepada Shafwan bin Umayyah, ditambah lagi seratus ekor,ditambah lagi seratus ekor". Ibnu Syihab berkata: "telah menceritakan kepadaku Said bin al-Musayyab bahwasanya Shafwan berkata:Demi Allah, sungguh Rasulullah SAW telah memberikan padaku apa yang beliau berikan,dan bahwasanya dahulu beliau adalah orang yang paling aku benci, namun beliau selalu memberi kepadaku sehingga beliau menjadi orang yang paling aku cintai". Kisah ini menggambarkan bahwa nabi Muhamma SAW adalah figur pemimpin yang tidak pernah mendahulukan kepentingan pribadi, sebelum kepentingan dan kebutuhan umatnya terpenuhi.Seluruh hidupnya dihabiskan untuk menjadi pelayan bagi umatnya.

Interaksi beliau denagn para sahabatnya juga begitu baik dan penuh keterbukaan.Seringkali terjadi dialog antara beliau dengan para sahabatnya tentang berbagai hal,mulai dari urusan dunia hingga urusan akhirat,termasuk tentang masalah tebusan bagi tawanan perang, tentang 'prkawinan' pohon kurma dan lain-lain. Seorang budak ataupun masyarakat pegunungan tidak merasa takut untuk menanyakan berbagai persoalan hidupkepada beliau sebagai pemimpin ummat. Hal itu menunjukan bahwa Muhammad SAW memiliki keluhuran hati dan jiwa, rendah hati,jujur, tidak suka segala bentuk penindasan dan kekerasan,pemaaf,penuh kasih sayang,dan dapat dipercaya. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin ummat, memiliki pendirian kuat, untuk tetap mempertahankan kebenaran yang telah diyakininya, apapun rintangan dan tantangan yang menghadang,bahkan kematian sekalipun. Beliau tidak pernah melanggar peraturan ataupun perjanjian yang telah menjadi kesepakatan. Beliau tidak pernah menyalahi apa yang telah dikatakannya. Mudah-mudahan dalam pemilihan pemimpin bangsa pada tahun 2009 ini kita akan mendapatkan pemimpin yang memiliki sifat-sifat dan prinsip dasar kepemimpinan sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.Amin

Wallahu A'lam


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam." (QS.Ali imran : 102)
"Dan sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua,karib kerabat,anak-anak yatim,orang-orang miskin,tetangga dekat dan tetangga jauh,teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kau miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membangga-kan diri". (QS.An nisaa' (4) : 36)