Total Tayangan Halaman

Rabu, 25 Mei 2011

Perjalanan mustika kepompong hos cokro aminoto

Kisah ini baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu tepatnya pada senen 16 Desember 2008, berawal dari kedatangan seorang musafir bernama, ki Bahar, asal, Blitar Jawa Timur, yang datang kerumah Misteri dan memberikan secara langsung berupa mustika kepompong / mustika besi kuning. Bagaimana semua ini bisa terjadi ? Inilah kisah sebenarnya. Seperti hari-hari biasanya rumahku banyak sekali kedatangan pengemis atau orang-orang yang meminta untuk sekedar bertahan hidup dan pada hari itu ada salah satu pengemis yang kondisinya sangat memprihatinkan datang sembari berkata “Minta sodakohnya untuk pulang kampung” terangnya. Entah seperti ada dorongan bathin yang sangat kuat hingga pertama kali melihatnya hatiku penuh rasa iba untuk bisa membantunya. “Kek makan lah dulu didalam” kataku. “Terimakasih, masih menjalankan soum / puasa” tambah si kakek. Subhanallah !! dengan kondisi miris dan sepertinya sangat lapar sekali ternyata pengemis ini masih punya hati bersih untuk melaksanakan arti puasa. Allahu akbar…. aku jadi teringat akan pemahaman ilmu sufi lewat kupasan, Ibnu Athoilah, dalam kitabnya “Sesungguhnya berhati-hatilah kepada peminta / pengemis yang saat itu dalam keadaan menjalankan puasa. Kebanyakan pengemis seperti itu tak lain kecuali para ahli, Nauba’ / orang yang membawa rohmat dan celaka” Lalu aku masuk dan mengambil sekedar uang untuknya ” Kek tolong terimalah uang ini untuk beli baju dan ongkos pulang, supaya kakek bisa nyaman di mobil” setelah uang diterimanya sang kakek ini langsung menangis tersedu sedu sembari berkata lirih “Ya Allah rohmatmu wis teko, sempurno jalanku inggo telung tahun” yang kurang lebih artinya “Ya Allah rohmatmu sudah datang, sempurnalah jalan yang kutempuh selama tiga tahun” Entah apa maksud dari perkataan si Kakek tadi yang menyatakan telah sempurna perjalanannya selama kurun tiga tahun, yang pasti pada saat itu aku dipeluk erat sekali olehnya dan setelah suasana kesedihan sang kakek sudah mulai stabil, beliau langsung menyodorkan tiga biji mustika kepadaku, “Terimalah ini, kau berhak memilikinya” terang si kakek. Aku terperanjat kaget dan buru-buru mengembalikannya” Maaf kek aku memberi bukan karena minta imbalan”. Sang Kakek malah tertawa renyah dan balik bertanya ‘Sesungguhnya aku yang harus berterimakasih kepadamu nak? Karena kau telah menyelamatkan diriku selama ini dan perlu di ingat juga, mustika ini sudah berada tiga tahun lebih ditanganku sebagai saksi amanat yang harus aku selesaikan, Kini amanat itu sudah berakhir disini”. Nah, dari sinilah sang kakek mulai mengisahkan perjalanannya bersama mustika kepompong yang sekarang berada ditangan Misteri. Inilah kisah selengkapnya yang dituturkan langsung oleh ki Bahar.

Tujuh tahun aku hidup mengabdi sebagai tukang sapu di areal makam / pesarean sunan Ampel (salah satu dari tokoh wali Songo) dan tiga tahun yang lalu aku bermimpi tiga malam berturut-turut didatangi kanjeng sinuhun, maksudnya adalah sunan Ampel. Beliau datang menasehatiku dan menyuruhku agar cepat berziaroh ke makam sulthan Hasanuddin Banten, “Jalanmu selanjutnya ada pada wasilahnya, maka cepatlah aku datang sembari berikan mustika kepompong ini padanya”, Mustika kepompong ini aku terima dimalam ketiga dalam mimpiku, yaitu Cuma hanya satu biji mustika, dari kejadian itu baru aku merasa yakin bahwa mimpiku ini benar adanya dan hari itu juga aku pergi sebagai seorang musafir menuju daerah Banten. Kisah perjalananku ternyata tidak semulus yang aku pikirkan, disamping diriku tidak membawa uang seperakpun kala itu, aku juga tidak tahu sama sekali yang namanya daerah Banten, sehingga dengan terpaksa aku melakukan pekerjaan yang semestinya tidak pernah aku lakukan yaitu jadi seorang pengemis. Pekerjaan ini terus aku geluti dan pada akhirnya menjadi ketergantungan hidup. Pernah disuatu hari disaat aku sudah mengumpulkan uang sebanyak lebih dari empat puluh ribu, guna sebagai ongkos mobil menuju arah Banten, ternyata beberapa mobil yang aku naiki semuanya menolakku yang katanya badanku sangat bau, sehingga baik kenek maupun penumpang lain ikut mengusirku. Perjalanan ini akhirnya ku teruskan lewat berjalan kaki, namun demi sesuap nasi yang aku butuhkan, perjalanan banyak tersendat dan memakan waktu lama yang mengakibatkan 7 bulan baru aku sampai di areal makam kanjeng sulthan Hasanudin Banten. Disinilah lika-liku baru aku hadapi, dimanapun aku ingin mengabdi dengan berbuat baik pada kebersihan areal setempat, disitu pula aku selalu diusirnya. Rasa tak kuat dengan lingkungan setempat membuat pikiranku sontak dan menjadi agak gila, untung ada salah satu warung kecil yang setiap hari memberiku nasi bekas orang makan yang menjadikan aku bertahan hidup. Satu tahun dua bulan aku bertahan hidup diseputar areal masjid agung Banten dan suatu malam, kanjeng sinuhun Banten datang secara wujud nyata, dengan tersenyum anggun beliau berkata padaku “Inilah kenikmatan duniawi yang harus kau pikirkan akan segala manfaatnya, kau telah jauh dari manusia pada umumnya namun hatimu sangat dekat dengan tuhan yang menciptakan dirimu sendiri. Sungguh berbahagialah dirimu yang menjadi rohmat dari jutaan manusia yang tidak selamat” Lanjutnya. “Kini kau akan kuajari arti syiddah, wastasydid, wassyahadah / semangat, berjuang dan memerdekakan diri sendiri dari arti hidup sebenarnya, namun sebelumnya mana titipan dari abi Ampel yang sudah diberikan kepadamu, berupa mustika kepompong” Setelah kuberikan padanya, kanjeng sinuhun langsung bergumam lirih, mustika kepunyaan cakra adi alam Cokro Aminoto (salah satu tokoh nasional + Hos, Cokro Aminoto) lalu beliau menyerahkan kembali mustika tersebut padaku sembari memberikan dua biji mustika lainnya yang bentuknya sama “Mustika kepompong”.
“Dulu, Cokro Aminoto memiliki tiga biji mustika itu, (sambil tangan kanjeng sinuhun menuding pada tanganku yang sedang memegang mustika kepompong) Kini yang duanya lagi kuserahkan kepadamu. Sekarang belajarlah memahami arti mukhlis / keikhlasan hati, dengan cara, Nauba “Bisyariatil af’alihi / jadilah pengemis sebagai penutup jati diri sebenarnya, katakan pada setiap yang kau pinta, bahwa dirimu ingin pulang kampung dan apabila dari sekian banyak manusia ada diantara mereka yang memberikan lebih dengan takaran bisa untuk beli pakaian dari atas sampai bawah dan juga bisa dijadikan jalan pulang ke desamu, maka berikanlah semua mustika itu padanya, karena sesungguhnya hari itu juga perjalananmu telah khatam / berakhir” Setelah mohon diri, aku segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh kanjeng sinuhun, hari demi hari aku jalani sebagai seorang peminta satu rumah ke rumah yang lain. Ternyata mencari orang yang memperhatikan manusia miskin sepertiku teramat sulit, semua memandang pemberian selalu diukur dengan kondisi manusia yang sedang dihadapinya, seperti diriku misalnya, siapapun yang aku datangi akan memberiku dari nominal 100 sampai yang terbesar 2000 rupiah dan cara ini aku jalani selama satu tahun lamanya.
Baru disaat aku datang kerumah ini (Misteri) ternyata Allah SWT, menghatamkan perjalanan ku. Terima kasih nak. Ikutilah kisah penutup diakhir ceritanya. Namun sebelum ki Bahar pergi aku bertanya satu hal padanya tentang tiga mustika yang kini ada ditanganku, apa manfaat dan kekuatan dari mustika ini sebenarnya, Ki Bahar pun menjawab, “Dimana mustika ini pernah dipegang oleh seorang politik, ya manfaatnya tak jauh dari sifat seperti itu, tidak mau dijatuhkan dalam kedudukan, pengen terus maju dan ternama, menjadikannya mudah dalam jabatan dan lain sebagainya. Hanya saja mustika ini harus di urus biar bisa dijadikan tameng yang kuat, ngomong-ngomong kamu punya mustika yang kuat tidak ? terang kakek. Punya kek, yaitu berupa sejodoh batu merah delima pemberian kanjeng ratu kidul” terangku. “Coba nanti malam kamu campur mustikamu satu tempat dengan mustika kepunyaan, HOS, Cokro Aminoto, apa yang terjadi besoknya” Mungkin karena aku penasaran dengan ucapan ki Bahar tadi, hari itu juga kedua mustika yang sudah menjadi milikku ini aku tempatkan satu wadah. Namun berhubung sore harinya aku berziaroh bersama seluruh santri Majlis Dzikir Jam’ul Ijazah, ke Pamijahan Tasik Jawa Brat, jadi aku tak bisa menyaksikan apa yang terjadi malam itu. Namun sesampainya aku pulang dari ziaroh, hatiku miris dibuatnya, ternyata batu merah delima ku hancur berkeping-keping. Apa merah delimaku kalah atau ada kesalahan lain yang membuatnya hancur, semuanya tentunya tidak bisa kita pelajari secara pemahaman akal biasa, yang pasti sebuah kekuatan akan ada yang lebih tinggi sebagai satu cermin bahwa, apapun kesaktian pada akhirnya akan kembali ke asal, yaitu, yang menciptakannya Allah SWT, dan sebagai sosok seorang ilmu ladzuni yang bisa menguasai delapan bahasa, tentunya mustika kepompong sewajarnya dimiliki oleh tokoh besar, HOS, Cokro Aminoto, pada kala itu, karena tak lain mustika ini bersumber dari waliyullah kamil, sulthan Hasanuddin Banten dan sunan Ampel Denta, Jawa Timur.
Juga sebelum dipegang oleh kedua wali ini mustika Cokro Aminoto, pernah dipegang oleh seorang sakti mandraguna sebelum zaman walisongo, yaitu, pangeran Arya Panangsang mbah Dewo Alam, asal dari gunung Srindil, Jawa Tengah, yang didapatnya dari pangeran Aryo Jati Panglebur Bumi, dari gunung Sumbing Magelang Jawa Tengah. Nah, untuk jelasnya Misteri akan membeberkan silsilah secara transparan tentang asal usul mustika kepompong Cokro Aminoto yang didapati dari Ki Bahar Blitar Jawa Timur, inilah asal usul selengkapnya. Nabiyullah Khidir AS- Nabiyullah Musa AS- Syeikh Sanusi gunung Mujarrob- Paku Alam Dwi Nata Galih Sempoyono- pangeran Aryo Panglebur Bumi-pangeran Arya Panangsang mbah Dewo Alam-sunan Ampel Denta-Cokro Aminoto-(Mulai dari sini pecah) yang satu diambil oleh Sunan Ampel kembali dan yang dua diambil oleh sulthan Hasanuddin Banten, baru ditahun 2006-2008, ketiga mustika ini dimiliki oleh ki Bahar asal Blitar Jawa Timur-Misteri.

Semoga perjalanan ki Bahar tadi membawa banyak pemahaman baru bagi para pembaca sekalian terutama dalam hal ikhlas, sabar dan perjuangan tinggi dalam menggapai apapun yang bersifat positif. Karena bagaimanapun perjalanan sebuah ilmu akan lebih afdhol dan pastinya akan menjadikan derajat agung bagi siapapun yang mau berusaha dan semangat juang tinggi

Legenda setan kober

Pada masa Brawijaya 1 sampai turun ke 4 tahta selanjutnya, tatkala sir wingit telah merasuki tubuh makhluk hidup dan keseimbangan bathin sudah diambang keumuman, saat itulah kesaktian bentuk ilmu bagian dari kehidupan manusia hingga suatu keterbatasan tidak lagi menjadi penghalang. Terciptalah zaman di mana manusia dan makhluk tak kasat mata saling berkomunikasi secara bebas. Wahyu ning zaman para Dewa, menjadikan masa kala itu disebut kejawen jawi, yang mengedepankan makna keluhuran bagi umat manusia. Perjalanan pulau Jawa, sejak zaman sanghiyang Bangau (sebelum masa WaliSongo) seluruh peradaban manusia pada masa itu terbagi menjadi tiga golongan, Manusia, Lelembut, dan Siluman dari bangsa seleman. Dari seluruh golongan ini akhirnya terpecah menjadi dua bagian yaitu, aliran putih dan hitam. Kisah terbaginya golongan ini pada akhirnya mendatangkan peperangan hingga turun sampai ke zaman di mana WaliSongo, dilahirkan. Tersebutlah nama dari sekian banyaknya para tokoh sakti beraliran hitam kala itu “Setan Kober” sosok setengah siluman yang banyak membawa risalah pertumpahan darah bagi seluruh umat manusia. Setan Kober, nama yang sangat melegendaris bagi seluruh aliran hitam sejak kerajaan Majapahit pertama didirikan. Bercerita tentang ilmu kesaktian, beliau belum pernah terkalahkan oleh siapapun juga pada masa kejayaannya, Setan Kober, telah menunjukkan pada dunia bahwa dirinya pernah menjabat sebagai guru besar tujuh aliran sekaligus selama 473 tahun lamanya. Di antara tujuh aliran yang dimaksud adalah, bangsa manusia, lelembut dari alam laut, bangsa jin segala penjuru alam, bangsa togog dari zaman purwacarita, bangsa siluman seleman, bangsa perkayang bumi lapis tiga dan bangsa ngahyang.

Asal usul Setan Kober, terlahir dari seorang Banaspati agung di zaman purwacarita sepuluh bernama, Raja Lautan, berasal dari keturunan siluman selemen / bangsa api. Dari hikayat yang ada, Raja Lautan, pernah dikalahkan satu kali dalam hidupnya oleh Nabiyullah Hidir AS, dimasa kejayaan Alexandria Agung. Sebuah kontemplasi yang Misteri lakukan, ternyata Setan Kober, mempunyai tempat tinggal selayaknya manusia pada umumnya, yaitu, di dalam hutan Panji, didaerah perbatasan antara Cibogo, Benda Kerep, dan pemahaman ini pernah juga tersirat dalam bukunya RA, Suladiningrat Kesepuluhan, yang berjudul “Babad Tanah Cirebon”. Bercerita tentang rumah Setan Kober, hampir keseluruhan bangunannya terbuat dari tulang belulang binatang dan manusia. Dan dibelakang rumahnya berdiri kokoh satu pendopo yang terbuat dari beraneka tulang macan, kujang, kerbau dan singa. Kesehariannya, beliau lebih banyak menghabiskan waktunya di pendopo untuk mengajarkan beragam ilmu kepada muridnya yang berasal dari beragam golongan dan bila waktu senggang, beliau banyak mengarahkan waktunya untuk menciptakan bilahan keris sakti mandraguna, dan keris buatannya sampai kini masih banyak dimiliki sebagian ahlul bathin. Seperti halnya gambar keris diatas, keris ini buatan asli tangan Setan Kober, yang beliau berikan pada Pangeran Arya Panangsang, sebelum belaiu terbunuh oleh Jaka Tingkir, dan pada perang gerilya Indonesia, lewat sebuah hawatir akhirnya keris ini diberikan kepada pangeran Diponogoro, dan baru muncul kembali setelah sekian lama menghilang ditahun 2007, kini keris ini masih dilestarikan sebagai sarana derajat dalam pemilihan seorang pemimpin. Di masa raja Jawa, nama Setan Kober, selalu disebut-sebut sebagai orang nomor satu dunia persilatan, beliau kerap menjadi jawara pilih tanding yang banyak dimanfaatkan oleh para raja Jawa sebagai pembunuh bayaran. Bahkan dimasa Brawijaya ke-5, beliau kerap menjadi ahli strategi perang istana Majapahit, dalam mengalahkan ratusan panglima pilihan seluruh kerajaan yang ada di belahan dunia. Baru namanya surut dan akhirnya ngahyang selamanya, akibat perasaan malu setelah beliau dikalahkan oleh jawara sakti pangeran Suto Wijaya Gebang. Bagaimana kisah ini bisa terjadi ? Inilah simakannya.

Dimasa perang antara Majapahit dan Demak Bintiri, yang pada saat itu rajanya bernama Raden Fatah, dengan dibantukan 101 Waliyullah, dibawah komando panglima besar Sunan Kudus. Tujuh belas tahun, dua kerajaan ini pernah terlibat sengit dan 24 kali mereka bertemu dalam peperangan hebat, 18 kali Majapahit menyerang Demak, dan 6 kali Demak balik menyerang Majapahit. Wilayah yang pernah menjadi pertumpahan darah antara Majapahit dan Demak Bintoro, diantaranya, Magelang, Sragen, Banyu Wangi, Kudus, Klaten, Tidar, Madura, Lasem, Purwo Rejo, Yogya, Batang, Semarang dan Surabaya. Dengan strategi yang matang, Setan Kober, yang kala itu menjadi bagian kerajaan Majapahit, mulai menyebar aksinya dibeberapa pelosok desa terpencil dengan cara membunuh satu persatu para jawara Islam yang dianggapnya telah berkomplot dengan kerajaan Demak Bintoro. Bahkan disamping lainnya Setan Kober, mulai menyusun kekuatan dengan mendatangi dedengkot aliran hitam dipenjuru pelosok desa, diantara nama aliran hitam yang pernah bergabung dengannya, Pangeran Tepak Palimanan, Pangeran Telaga Herang, Pangeran Ucuk Umum Banten, Pangeran Lodaya Indramayu, sebelum masuk Islam, Pangeran Samber Nyawa dari daerah Cuci Manah, Pangeran Kebo Kinabrang dari gunung Tangkuban Perahu, Ki Gede Jalu, dari Brebes, Ki Gede Kapetakan, Ki Gede Lewimunding, Ki Gede Tegal Gubug, sebelum masuk Islam, Ki Gede Purba Lanang, siluman air daerah gunung Tidar Jateng, Ki Janggala Wesi, dari siluman seleman, dan lainnya. Pada perang ke 17, kerajaan Islam Jawa, pernah dikalahkan dengan terbunuhnya beberapa Waliyullah, diantaranya Sunan Udung, Sunan Pajang, Sunan Beling, Sunan Persik, Sunan Odong, Sunan Rohmat, Sunan Qoyyim dan Sunan Menjangan atau Pangeran Sambar Nyawa. Namun dalam sejarah lain menyebutkan, kekalahan Islam pada waktu itu akibat bangsa Waliyullah, tidak semuanya turun ke medan laga dikarenakan mereka sedang berkabung atas wafatnya Sunan Ampel, salah satu WaliSongo, sehingga kala itu para Waliyullah, lebih banyak ta’ziah datang ke daerah Ampel. Di lain pihak setelah kekalahan Islam mulai menjadi buah bibir dikalangan masyarakat luas, Sunan Gunung Jati, Pangeran WalangSungsang, Sunan KaliJaga, Sunan Kudus dan Sulthan Hasanuddin Banten, mulai merapatkan barisan dengan memilih diantaranya untuk mencari beberapa tokoh aliran hitam. Pada masa itu yang diutus untuk menandingi kesaktian aliran hitam diantaranya, pangeran WalangSungsang atau Mbah Kuwu Cakra Buana, Sunan KaliJaga, pangeran Arya Kemuning, Syeikh Muhyi muda Tasik, Nyaimas Gandasari, Panguragan, Syeikh Suto Wijaya Gebang, pangeran Hasanuddin Banten, Syeikh Sapu Jagat dan Syeikh Magelung Sakti. Lewat mandat Sunan Gunung Jati, mereka bergerak dengan cara terpisah, dan lewat perjalanan panjang selama tujuh tahun lamanya, mereka akhirnya bisa menaklukkan seluruh bangsa aliran hitam. Namun hal semacam itu bukan berarti mereka mudah menandingi ilmu dedengkot para aliran hitam melainkan butuh perjuangan dan kesiapan matang, sebab dalam menjalankan tugas ini mereka juga pernah dikalahkan sewaktu duel kesaktian bersama dedengkot aliran hitam.

Seperti pangeran Arya Kemuning misalnya, beliau pernah berhadapan dengan dedengkot aliran hitam pangeran Telaga Herang, namun dalam adu kesaktian Arya Kemuning bisa dikalahkan dengan mudah, baru saat perang tanding dengan Syeikh Muhyi muda Tasik, pangeran Telaga Herang, kalah telak dan akhirnya ngahyang sampai sekarang. Juga Nyimas Gandasari, yang kala itu ditugaskan untuk menangkap pangeran Ucuk Umum, beliau kalah dalam adu kesaktian, baru tatkala Mbah Kuwu Cakra Buana, turun ke laga, pangeran Ucuk Umun, bisa dikalahkan dan akhirnya ngahyang selamanya, kisah ini terjadi di pantai Karang Bolong Banten. Sunan KaliJaga, beliau pernah dikalahkan oleh pangeran Tepak Palimanan, dalam penaklukkan wilayah Cirebon, kekalahan Sunan KaliJaga, akibat campur tangan Prabu Siliwangi, dan baru setelah kedatangan pangeran Arya Kemuning dan Mbah Kuwu Cakra Buana, pangeran Tepak Palimanan, bisa terbunuh dengan kepala terpotong dari raganya, kisah ini terjadi dipuncak bukit Palimanan, yang bernama gunung Tugel. Kembali ke cerita asal, pertempuran antara pangeran Suto Wijaya Gebang, dengan Setan Kober, di daerah hutan Pranji, tidak bisa dihindarkan lagi, kedua musuh bebuyutan ini saling mengerahkan kesaktiannya hingga sampai 40 hari lamanya. Dalam perkelahian panjang ini akhirnya dimenangkan oleh pangeran Suto Wijaya, sehingga Setan Kober, akhirnya ngahyang dihutan Pranji, selamanya. Kisah terkalahkannya Setan Kober, akhirnya jadi perbincangan orang banyak sehingga Mbah Kuwu Cakra Buana, selaku gurunya sangat khawatir. Pasalnya sejak kejadian itu pangeran Suto Wijaya, diangkat menjadi seorang pemimpin oleh seluruh bangsa gaibiah sehingga Mbah Kuwu Cakra Buana, merasa takut ilmu yang beliau berikan selama ini disalah gunakan oleh murid-muridnya.

Dalam sejarah babad tanah Jawa, ilmu pangeran Suto Wijaya Gebang, satu-satunya Ilmu paling ditakuti oelh seluruh bangsa siluman atau gaibiyah, ilmu yang dimilikinya adalah “Syahadat Majmal” dimana ilmu ini dibacakan maka seluruh gaibiyah yang ada akan mengikuti ucapan kita, bahkan dalam perang tanding melawan Setan Kober, ilmu inilah yang menjadi andalannya hingga Setan Kober sendiri, harus menerima kekalahannya dengan tubuh terbakar. Dalam kisah lain diceritan, setelah satu tahun Setan Kober, dikalahkan, pangeran Suto Wijaya Gebang, bilau akhirnya dipanggil menghadap Mbah Kuwu Cakra Buana, ‘Andika, bagaimanapun juga dirimu telah menjadi orang yang ditakuti seluruh makhluk tak kasat mata, namun menurutku, jauhkan ilmu itu sehingga antara manusia dengan bangsa gaib ini tetap lestari selamanya, sebab kasian bagi yang lain, dengan adanya ilmu yang andika miliki sekarang, maka seluruh bangsa gaib akan punya batasan tertentu yang menjadikan mereka percaya hanya pada Andika”. Dengan patuh pangeran Suto Wijaya mengiyakannya, tanda beliau setuju dengan ucapan gurunya. Namun lain sifat lain pula kenyataannya. Ya… Benar juga ucapan Mbah Kuwu Cakra Buana, walau pangeran Suto Wijaya, sudah menerima atas mandat gurunya akan tetapi para muridnya yang berasal dari bangsa siluman dan gaib lainnya, hanya tunduk pada majikannya bukan pada orang lain sehingga walau Mbah Kuwu Cakra Buana, adalah gurunya pangeran Suto Wijaya, dengan cara sembunyi tangan akhirnya mereka tidak menerima pengakuan Mbah Kuwu Cakra Buana, dengan cara menyerang seluruh kerathon Pakung Wati Cirebon. Dalam hal ini Mbah Kuwu Cakra Buana, tidak tinggal diam, beliau langsung menghadapinya dengan pusaka “Golok Cawang” dan akhirnya seluruh bangsa gaib bisa dikalahkan dengan mudah.

Dengan kejadian ini Mbah Kuwu Cakra Buana, akhirnya menciptakan satu ilmu tandingan yaitu, Qutho Qosot, yang bertajuk: “Syetan, jin, perkayang, dedemit, lelembut dan lainnya akan tunduk atas namaku” ilmu ini pernah Misteri bedarkan pada panduan “Haekal Guru” dan sebelum kisah ini berakhir ada baiknya kita semua tahu bahwa, walau Setan Kober, telah ngahyang selamanya, namun beliau telah mempunyai satu putra sebagai generasi penerusnya yaitu “Banaspati” yang kini masih menjadi prokontra kalayak ahli bathin.

Kharisma pengasihan lewat tuah batu-combong

Lazimnya batu akik biasa, batu combong atau batu yang mempunyai ciri khas berlubang ditengah. Banyak kita jumpai di berbagai penjual batu cincin di kaki lima. Batu ini mempunyai kadar keras sangat rendah, yaitu antara 5-6 mohs Kadar keras atau bida tergolong batu yang mudah pecah. Konon, dalam dunia perbatuan, tak sedikit orang-orang mencari batu combong, karena tuahnya. Mereka sangat percaya akan tuah batu ini yang mempunyai prospek baik dalam pengasihan. Namun, meski batu combong ini banyak dipasaran, tapi untuk mencari yang benar-benar bertuah, memanglah sangat sulit. Mereka harus tahu betul mana yang alami dan mana yang palsu. Karena di zaman yang kian canggih ini, apapun bisa ditiru dan menyerupai sama persis dengan yang aslinya. Disamping itu juga, kita harus memahami betul karakter dari bahan batu itu sendiri. Sebab, semua batu combong berasal dari bahan yang mempunyai unsur air, diantaranya :

1. Kinyang atau kenanga : batu ini berasal dari bahan cadas kali atau pegununganyang mempunyai warna kuning bercampur orange, batu dengan ciri khas seperti ini mempunyai 3 pamor/ruwas batu : 1) pamor sulaiman, 2) pamor air widuri, 3) pamor collono (mulus).

2. Yaman Jawa : Bahan yang berasal dari mata air yang membeku dan mempunyai ciri khas warna hitam. Batu ini mempunyai 2 pamor : 1) pamor madu, 2) pamor sulaiman.

3. Angkik : Bahan dari batu ini berasal dari dalam batu cadas. Dan biasa mempunyai warna putih gajih. Batu ini mempunyai bermacam-macam pamor, Seperti : Urat serabut, urat widuri, urat sumur bandung, urat cempaka dan lain-lain..

Sebagai ciri untuk memilih batu combong yang asli, silahkan ikuti tips sebagai berikut :

· Dipegang berat dan didalamnya mempunyai serabut urat batu .

· Lobang yang terdapat pada batu itu bersifat alami, bukan bikinan, seperti : dikikir atau dibikin beraneka bentuk lubang.

· Didalam lubang berbentuk kasar dan tidak mulus (dikikir).

Dalam sejarah perbatuan, para arkeologi bependapat. Bahwa batu combong, ada terdapat suatu ilmiah lain, seperti pendapat ahli perbatuan Indonesia, Ir. Sujatmiko. Dalam penelitiannya, beliau menemukan kejanggalan pada sebuah bahan batu yang penuh dengan lubang. Didalam batu combong yang beliau lihat kaca pembesar . Banyak dilihat makhluk hidup entah dari jenis apa, yang pasti di dalam batu itu dihuni beberapa spesies lain yang sulit dipahami oleh akal kita. Mungkinkah itu hanya sekedar keberuntungan atau memang nyata, Wallahu’alam. Tapi menurut dunia supranatural, mereka mempercayai adanya kekuatan atau makhluk gaib di dalam sebuah batu cincin, yang diyakini mempunyai tuah. Benarkah ? Batu combong sebagai media pengasihan paling diminati sebagian kalangan ? Misteri mencoba membuka tabir dari tuah batu combong lewat ajaran dan ilmu para Masyaikh ahli hikmah terdahulu. Di zaman para Wali Songo, batu combong banyak digunakan sebagai pengukur waktu jam untuk melaksanakan kewajiban sholat. Mereka memahami batu combong pada masa itu dengan nama “Tuloq Ukur” (Batu Pengukur), batu itu akan jadi penentu waktu lewat sinar matahari yang masuk lewat lobangnya.
Baru setelah para wali menemukan cara lain yang lebih simple tentang menentukan waktu / istiwa, batu combong beralih profesi menjadi batu kecil lewat asahan tangan para Waliyullah yang disebut dengan nama Angki Jawa Sih Pingalem (Akik Jawa yang disukai) mungkin dari asal nama inilah, sehingga batu ini mempunyai tuah / berkhodam.Sebagai pemahaman ilmiah yang bersifat mistik, Misteri pernah diajarkan beberapa cara untuk pendeteksian tuan batu combong berdasarkan ilmu hikmah. Semua itu bisa dicoba secara umum agar sedikit memahami dunia supranatural ! Secara Benar.

· Carilah beberapa batu combong. Siapkan satu piring putih gajih, lalu oleskan piring itu dengan minyak Hajar Aswad sebanyak 5 cc. Masukkan beberapa batu combong kedalamnya (bercampur dengan minyak). Ingat ! Saat menempatkan / memasukkan batu combong kedalam minyak, lihat posisi batu itu. Biarkan cara seperti itu didiamkan selama 24 jam lamanya. Dan ayang paling baik, sesudah batu bercampur dengan minyak piring itu ditutupi dengan kain. Coba anda lihat, sesudah waktu yang ditentukan. Apabila batu combong itu mempunyai tuah, maka batu itu akan berpindah tempat beberapa centi dari tempat semula. Dan untuk batu combong yang tidak mempunyai tuah. akan tetap tak bergeming dari tempat semula.

· Untuk pendeteksian yang lebih lanjut, mari kita ikuti cara supranatural sebagai berikut

· Siapkan batu combong yang mempunyai tuah / berkhodam.

· Siapkan pula kamar kosong dan beberapa sarana ritual, yaitu 1 lilin dan buhur Maghribi.


TATACARA

Bakarlah buhur maghribi dan nyalakan api lilin, matikan lampu kamar dan taruh batu combong di samping lilin. Mulailah duduk bersemedi dan tataplah api lilin selama 30 menit. Saat menatap api lilin, kosongkan pikiran sambil membaca ayat “Allahumma, ya Allah 3x (jangan bernafas). Ya Muhammadar Rasulullah” (terus menerus dibaca amalan ini hingga waktu yang sudah ditentukan. Ingat mata kita jangan sampai dipejamkan. Dan apabila waktu yang sudah ditentukan telah usai, ambillah batu combong itu lalu matikan api lilin. Lihat apa yang akan terjadi? Batu itu lambat laun akan mengeluarkan cahaya yang kian lama tambah membesar dan cahaya itu akan mengelilingi tubuh kita. Seperti halnya cahaya itu ada yang menggerakkan. Sebagai kesempurnaan dari pendeteksian “Tuah batu combong”, para ahli hikmah menciptakan suatu terobosan lewat beberapa cara dan amalan yang dianggap sangat mumpuni sebagai remote kontrol pengatur tuah / khodam di dalamnya. Cara seperti ini masih banyak digunakan di berbagai daerah dengan sebutan “ilmu pelintir merica”. Apa saja cara kerjanya?. Biasanya, orang yang terkena ilmu ini cukup langsung menerima ajakan kita, terutama dalam hal masalah cinta. Begitu dahsyatkah tuah dari ilmu pelintir merica. Tentunya cara seperti ini tidak semudah yang kita bayangkan, butuh cara penyesuaian, belajar dan menetralisir keyakinan hati. Untuk akuratnya ikuti cara sebagai berikut :

· Anda harus bisa memecahkan merica lewat pelintiran tangan.

· Anda diharuskan hafal surat ayat Qursyi dan Do’a Makbul.

TATA CARA

Carilah orang yang dituju, peganglah batu combong di tangan kiri Anda dan gigitlah satu merica antara tengah gigi atas dan bawah (jangan sampai pecah) pegang pula satu merica ditangan kanan untuk dijadikan pelintiran. Tataplah orang yang dituju, sambil membaca berulang-ulang amalan diatas. sambil merica terus dipelintir hingga pecah. Biasanya, apabila merica itu pecah, orang yang akan dituju langsung menatap ke kita dan kemudian mendekat dengan penuh kasih sayang.

Tapi apabila merica itu belum pecah, reaksi dari ilmu itu belum bisa dilihat. Silahkan anda mencoba, semoga dengan adanya ilmu pelintir merica ini, menambah semangat baru bagi yang ingin menaklukkan pacar

Minggu, 22 Mei 2011

Kharisma mustika kendit

Dalam dunia aksesoris batu mulia, para ahli arkeologi jauh-jauh telah menjadikan ratusan nama batu sebagai koleksi tangan dan bandul kalung terindah di dunia. Dari nama-nama yang ada hanya lima yang terkenal sebagai batu mulia terlaris di dunia (Merah Delima, Belian, Shapire, Zamrud Colombia dan Black Oval) Beda tangan tanggapan para ahli supranatural, mereka melihat bentuk batu bukan dari mohs/kadar berat batunya, tapi dari kekuatan mistik yang terkandung di dalam batu tersebut. Seperti batu yang mempunyai kekuatan anti cukur, anti tembak, tahan api dan sebagainya. Lewat perpaduan ilmu arkeologi dan supranatural, Misteri akan membeberkan satu rahasia, tuah Mustika Kendit. Dalam ilmu arkeologi, Batu Kendit / Batu yang mempunyai urat batu yang melingkar disebut sebagai batu akik / batu yang mempunyai 6 mohs kebawah. Batu ini mudah pecah dan harus ekstra hati-hati dalam pembuatannya. Konon, bahan batu ini terdiri dari berbagai macam bahan. Seperti dari bahan meteor, pyrus Russia, kenanga Sulaiman, Yaman Ampal dan dari bahan kayu-kayuan yang sudah membatu. Dalam pandangan ahli pembuatan batu cincin, urat kendit yang terdapat dari sebongkah bahan batu mempunyai sembilan macam motif,

1. Urat lurus (Kendit kerejekian)

2. Urat lurus crystal (mudah dalam berdagang)

3. Urat Kendit samping kanan (pengobatan)

4. Urat Kendit samping kiri (tolak bala)

5. Urat kendit tapak jalak (kesaktian)

6. Urat Kendit lapis Sulaiman (derajat dan charisma)

7. Urat Kendit lapis lurus (pengasihan dan kerejekian)

8. Urat Kendit sters (mempermudah dalam persalinan)

9. Urat Kendit pancing (pengasihan)

Sedangkan menurut versi supranatural, batu kendit ini terbagi menjadi 3 bagian :

1. Batu Kendit yang terbuat dari bahan baku akik

2. Batu Kendit yang berasal dari pemberian gaib

3. Batu Kendit yang bahan dasarnya dari kayu yang sudah membatu.

Lewat penyelusuran para hali hikmah, batu kendit yang berasal dari batu akik / batu yang dibikin dijaman sekarang mempunyai tuah, berkisar antara 3-6, aura kekuatan. Batu seperti ini harus terus diasah lewat puasa maupun tirakat yang cukup lama. Sebab, daya kekuatan dari pembuatan di zaman sekarang disebut dengan istilah sepah / kurang bermanfaat dalam hal daya kekuatan. Untuk batu kendit yang berasal dari gaib, terbagi menjadi 2 bagian :

1. Lewat suatu penarikan.

2. Lewat pemberian secara langsung.

Batu Kendit ini pasti mempunyai tuah dan manfaat lainnya, namun dalam hal penarikan, tuah Batu Kendit ini tergantung dari sarana minyaknya, bila sarana minyaknya asli akan mahal, tentu hasilnya akan sepadan dengan apa yang kita harapkan. Sebab, banyak sekali khususnya ditanah Jawa, penarikan batu dan keris media minyak (hanya mengandalkan asma dan keyakinan), memang batu dan keris bermunculan dari dalam tanah dan bisa diwujudkan dengan bentuk batu alamiyah. Namun setelah dicek, batu-batu tersebut tidak berkhodam. Tentunya para gaib juga makhluk yang berakal seperti halnya manusia, mereka pasti mengerti baik buruknya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia, Sedangkan lewat pemberian secara langsung dari bangsa gaib, pastinya Batu Kendit ini akan mempunyai kekuatan yang maha dahsyat, baik untuk kemanfaatan sendiri maupun untuk orang lain. Sebab bentuk apapun pemberian, tentu dipilih yang paling bermanfaat untuk suatu tuan mulia, karena pemberian sendiri bermula dari senang, cinta dan dari hati yang tulus bersih. Nah untuk Batu Kendit yang bahan dasarnya dari kayu, yang sudah membantu dalam ilmu supranatural kendit ini termasuk yang paling berbobot dalam hal kekuatan. Sebab, perpindahan alam dan sifat dari kayu menjadi batu sudah sangat spektakuler dan tidak termasuk kedalam logika akal kita. Sudah barang tentu, perubahan sifat ini menjadi perbuatan makhluk tak kasat mata untuk terus bersemayam di dalamnya. Sebab, apapun bentuk alam manusia tak bisa merubahnya kecuali hanya dengan izin Allah sebagai pencipta dan yang menciptakan. Makanya tak heran apabila kita melihat sesuatu bentuk yang tak lazim dari bentuk asalnya. Sebab, apapun bentuknya pasti akan ada pengecualiannya. Seperti halnya Batu Kendit yang ada pada gambar diatas judul. Batu ini bernama mustika Kendit Kelor dengan warna gading kendit lapis / Sulaiman (derajat dan charisma) asal muasal batu ini dari setangkai pohon kelor yang ada dipinggir sungai Kedung Bawang.
Kisah ditemukannya mustika ini memang dari hal yang tidak masuk akal, yaitu pohon kelor yang masih hidup dengan daun yang sangat lebat. Namun, dari salah satu tangkai yang ada, kepala tangkai ini sudah membantu dan tidak ditumbuhi dedaunan seperti yang ada pada tangkai lainnya. Namun yang lebih aneh dan tak masuk akal, ujung tangkai dari kepala ini mempunyai daun yang sangat lebat. Sedangkan menurut ilmu arkeologi, dimana ada ranting yang sudah membatu, sudah tentu pasti pohon / ranting ini tidak akan bisa membuahkan daun dan biji-bijian. Sebab, dalam ilmu pengetahuan alam sendiri diterangkan, bahwa dimana ada pohon yang sudah tidak membuahkan zat air / kering. Niscaya pohon ini disebut dengan istilah kayu kering apalagi tangkai tersebut sudah menjadi bentuk batu. Tapi pada kenyataan, hal yang tak mungkin terjadi seperti cerita disini bisa sampai terjadi, tak lain dan tak bukan karena kekuasaan dan keagungan Allah SWT, yang tidak bisa ditiru oleh siapapun juga. Kembali ke cerita semula. Setelah kepala ranting dicabut dari tempatnya, Misteri langsung memotongnya. Namun karena bahan ini bercampur dengan kayu yang mudah rapuh, Misteri akhirnya hanya mengambil yang sudah menjadi bahan batu yang keras, yaitu hanya berukurn 4×2,5 cm, tebal berkisar 1,5 cm. Mulai dari pengasahan sampai berbentuk oval, Misteri sama sekali tidak menyangka bila bahan ini berurat kendit lapis. Sebab, dalam gelapnya bahan batu, bahan apapun akan terasa kasar dan gelap dalam pandangan mata kita. Baru setelah diasah dengan serbuk intan, batu ini benar-benar berurat kendit yang sangat menawan. Masih seputar masalah pemahaman supranatural, batu kendit ini sudah bisa disebut batu mustika. Mengapa..? Sebab, apapun bentuk batu yang terlahir dari barang yang semestinya tidak mungkin disebut sebagai “wit kamulya” atau mustika batu. Seperti dalam kelapa ada batunya disebut dengan Mustika Kelapa. Mustika yang didapat dari dalam bambu dengan istilah Mustika Bung / mustika anti racun dan lain sebagainya. Untuk tuahnya sendiri, mustika ini mempunyai dua penunggu yang bernama Nyimas Naga Banda dan Ki Ageng Banda. Dua sosok makhluk tak kasat mata ini sering muncul sewaktu-waktu apabila akan ada masalh yang menimpa keluarga Misteri. Disisi lain, Mustika ini sangat dipercaya dan banyak orang yang meminjam untuk suatu keperluan yang bersangkutan dengan pangkat dan jabatan. Dan bagi anda pembaca yang mempunyai Batu Kendit, namun tidak mengerti akan tuah atau berkhodam tidaknya Batu Kendit, Misteri akan membeberkan cara mudah untuk mendeteksi batu kendit yang benar-benar bermanfaat untuk tujuan yang benar. Inilah caranya :

1. Siapkan 10 cc minyak Malaikat Subuh.

2. Siapkan pula satu piring makan, warna gajih.

Masukan semua minyak kedalam piring tadi, lalu bacalah “Bismillahi Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Muhammad Rasullah, sebanyak 100x. Kemudian batu kendit yang kita deteksi diletakkan didalamnya. Untuk meritualkan seperti ini, harus pada jam 22.00. Bila batu kendit ini sudah ditaruh, tutuplah piring tadi dengan kain berwarna putih dan biarkan sampai menjelang pagi hari. Untuk pembuktian, lihatlah secara seksama batu kendit tersebut, pasti batu itu akan berpindah tempat dari tempat semula kita meletakkannya. Hanya saja bila berpindahnya ke arah depan, maka batu itu mempunyai penunggu yang bisa membantu bagi kita dan orang banyak. Akan tetapi, bila bergerak ke arah belakang, maka batu tersebut tidak usah dimanfaatkan atau dibuang saja. Karena penunggunya pastilah jin dari golongan hitam. Apabila sama sekali tidak bergerak, niscaya batu tersebur bersifat hambar tidak berpenghuni lagi. Nah, untuk bisa sampai mengetahui isi penunggu di dalamnya, ikuti cara sebagai berikut ini :

· Siapkan Kembang 7 rupa

· Satu botol minyak Duyung Putih

· Kayu gahru dan cendana secukupnya

· Lima lembar daun sirih dan satu buah bunga kantil merah

Masukkan semuanya kedalam sebuah wadah mangkok, lalu diberi air putih seculupnya dan kemudian masukkan batu kendit tersebut, lalu bacalah YA ABDUL JABBAR (tidak bernafas) “WAKSYIFUL HIJABA BAENI WABAENAKUM” (berdoa dalam hati untuk meminta kepada Sang Khalik untuk dipertemukan dengan khodam penunggu batu kendit tersebut) BI ISYAROTIN NAUM, AL-FATIHAH 1x. Untuk ritual ini dilakukan sehabis shalat Maghrib sesudah ritual selesai, taruhlah mangkok tersebut diatas meja didepan tempat tidur dan jangan diletakkan dibawah. Tepat jam 23.00, ambillah batu kendit tersebut dan bungkuslah dengan kain putih, lalu taruhlah dibawah bantal kita untuk tidur. Biasanya penunggu dalam batu kendit tersebut akan hadir dalam mimpi. Namun bila dalam satu malam belum juga bermimpi bertemu, biarkan batu tersebut berada dibawah bantal, dan Insya Allah sebelum empat malam kita akan ditemuinya.

Semoga dengan penjelasan yang Misteri beberkan, anda semua akan menjadi waskita dalam mengolah batin, terutama dalam membuka tirai gaib yang selama ini dianggap pro dan kontra. Wassalam

Kekeramatan gunung mujarob

Beberapa episode yang lalu seputar areal gunung Mujarrob ini pernah Misteri kupas, yaitu menceritakan tentang sebuah perihal munculnya sinar terang benderang sebagai bertanda lahirnya sosok waliyullah juru penyelamat di bumi tanah Jawa. Namun dalam kenyataan yang sesungguhnya , Misteri sendiri belum pernah bertandang langsung ke gunung Mujarrob yang dimaksud. Sebab desas desus dari beberapa cerita guru mursyid yang Misteri temui, konon lebih 350 tahun yang lampau gunung ini raib dari pandangan manusia biasa, seperti halnya cerita dari kisah perjalanan hidup Habib Muh, Tegal Rejo Magelang Jateng, yang pernah Misteri ketahui sewaktu masih di pesantrennya pada tahun 1987 lalu. Belau bercerita bahwa dirinya pernah masuk kedalam gua Mujarrob atas panggilan yang empunya yaitu, syeikh Sanusi, disaat beliau kedapatan anugerah di syahid menjadi waliyullah Abdal, pada tahun 1982 lalu, dan lewat kisahnya ini yang meyatakan bahwa disaat belaiu baru masuk kedalam gua tersebut, beliau langsung disambut oleh ratusan kalajengking yang besarnya masya Allah… yaitu berkisar 40 cm. Bukan hanya sebatas itu saja beliau di uji dalam keyakinan saat berada di dalam gua Mujarrob, beliau juga sempat melihat secara mata telanjang, beberapa ekor ular raksasa yang besarnya melebihi badan mobil siap menghadangnya. Dan ini bersifat riil bukan hanya sekedar bansa fatamorgana dari sifat lelembut atau binatang jejadian yang mendiami gunung tadi telah bersia lebih dari ratusan tahun dan tidak pernah terusik oleh manusia yang berani masuk. Terangnya. Juga kisah yang pernah dialami oleh Habib Nur Ali yang pernah masuk kedalamnya disaat mendapat panggilan dari syekh Sanusi atas pengangkatan dirinya sebagai waliyullah bangsa Rijal. Beliau bercerita. Tidak ada syafaat yang lebih besar di seluruh wilayah yang ada di Indonesia ini kecuali goa gunung Mujarrob. Dan tidak ada suatu pengangkatan waliyullah yang diakui oleh wali lainnya kecuali lewat tangan syeikh Sanusi sendiri sebagai makom tertinggi yang telah mendapatkan kefadholan dari Allah SWT, dengan diberikannya umur panjang sampai hari kiamat tidak karena kemustajabahan air Mujarrob yang dimilikinya dan tidak ada satupun wali di dunia ini yang tidak butuh rohmatnya, karena sesungguhnya beliau tercipta sebagai raja dari semua waliyullah. Lanjutnya :

” Jangan sesekali masuk kedalamnya sebelum yang empunya datang sendiri memanggil anda, sebab lebih dari seabad yang lalu para manusia yang mengaku drinya ahli bathin tinggi, lebih dari 77 orang telah raib dan tidak bisa diketahui jasad dan rimbanya”. Dari beberapa kisah yang pernah dituturkan oleh para masyaikh ini membuat siapapun yang mendengar akan bergidik dan berfikir seratus kali untuk bisa masuk kedalam gua Gunung Mujarrob yang konon penuh akan karomah juga sebaliknya penuh misteri yang sangat mengerikan. Mungkin pembaca sekalian masih bertanya dengan kisah ini, sebenarnya dimana letak sesungguhnya gua gunung Mujarrob tersebut ? Menurut cerita para masyaikh tadi bahwa, gunung Mujarrob ini terletak disalah satu areal pesarean ki Muhyi Pamijahan Tasik Jawa Barat yang sangat kondang akan derajat kewaliyan nya dan banyak diziarohi oleh berbagai lapisan masyarakat lokal maupun dari manca negara. Namun bila anda pernah datang kesana dan membeli buku sejarah yang banyak dijual bebas disepanjang toko kaki lima seputar areal pesarean Ki Muhyi Pamijahan, dengan judul bukunya “Sejarah perjuangan syeikh haji Abdul Muhyi Waliyullah Pamijahan” yang ditulis oleh, Drs, H. AA Khaerussalam, disitu tidak dituliskan sama sekali tentang letak gua gunung Mujarrob yang membawa banyak rohmat dan maghfiroh untuk seluruh pengangkatan waliyullah sedunia. Mungkin bisa jadi mereka memandangnya tidak perlu membesarkan nama dan letak gua Mujarrob, yang dianggapnya tidak menguntungkan sama sekali dari pihak peziarah / tidak bisa di komersilkan, alasannya keluarga mereka juga tidak ada yang berani sampai masuk kedalamnya, sehingga dengan ini pula para keturunannya tidak sampai masuk kedalamnya, sehingga dengan ini pula para keturunannya tidak sampai mencantumkan perihal gua gunung Mujarrob yang sebenarnya. Nah, dari kisah ini pula diawali bulan syawal 1429 H, lalu, guruku mengundangku yang intinya menyuruh Misteri datang ke gua Mujarrob, karena sebuah panggilan darinya (syeikh Sanusi). Seperti hallintar menyambar disiang bolong, hatiku kaget dan langsung bergetar keras mendengar apa yang barusan diucapkan oleh guruku tadi, siapa yang tidak takut dengan nama gua gunung Mujarrob yang penuh dengan kengerian dan fenomena gaib yang bisa membawa badan kita seketika raib disaat baru masuk kedalamnya.

Namun sepertinya guruku tidak mau ambil pusing dan mengharuskan aku secepatnya datang kesana. “Ini perintahnya dan bukan kamu yang pinta, lakukan apa yang aku ucapkan” kata sang guru, tegas. Sepulang dari kediaman sang guru hatiku terus bergumuruh antara siap dan tidak, untuk sampai bisa melaksanakan datang ke gua gunung Mujarrob dan mulai hari itu pula aku diwajibkan puasa sampai hatiku benar-benar merasa tenang dan siap dengan segala keyakinannya untuk sampai datang ke gua gunung Mujarrob. Setengah bulan telah berlalu, hatiku semakin mantap untuk sesegera mungkin melaksanakan tugas mulia yang di embankan oleh sang guru, dan tanpa menunggu waktu lebih lama lagi akupun langsung pamit minta restunya. Namun sebelum keberangkatanku ke gunung gua Mujarrob, guruku langsung mengijazahkan amaliyah khususiah yaitu berupa, HIZIB JABARUT Dan ULUHIYYAH, “Bawalah santrimu yang banyak untuk mendampingimu sampai tujuan dan pilihlah mereka yang hatinya telah memahami keikhlasan” dan setelah itu beliau juga memberikan beberapa tata cara dan kunci disaat akan masuk ke gua gunung Mujarrob, yang intinya agar selamat dari segala binatang buas dan bagsa lelembut yang sengaja menghadang dan menyesatkan perjalanan mulia ini. Selepas dari sang guru, aku langsung mengumpulkan beberapa teman Jam’ul Ijazah masuk dalam kategori yang aku Inginkan, sehingga waktu itu Cuma 15 orang saja yang aku bawa ikut serta.

Singkat cerita, sampailah kita semua didepan pintu gua gunung Mujarrob, lewat panduan dari salah satu kepercayaan santri sang guru. Ternyata apa yang aku takutkan selama ini tidak sampai terjadi, sebab gua yang semestinya gelap gulita itu ternyata terang benderang karena ternyata di dalamnya sudah lebih dahulu ada dua orang sebelum golongan kita datang, dua orang ini berbadan tinggi besar dan sepertinya bukan dari bangsa kita, keduanya memakai pakaian dan sorban serba putih yang disaat kita masuk keduanya menutup wajahnya dengan sorban yang dipakainya. Nah, dari sorban merekalah cahaya terang benderang itu berasal, sehingga dengan pancaran sinar yang teramat terang ini kita semua akhirnya bisa melihat seisi ruangan gua yang ternyata semuanya terrbuat dari marmer asli. Namun sebelumnya aku mohon maaf kepada pembaca sekalian, karena tidak bisa menceritakan secara keseluruhan apa yang terjadi didalam gua tersebut sebab bersifat sirri / rahasia, hanya saja di dalam gua tersebut banyak fenomena dan keganjilan yang tidak masuk diakal yang kami rasakan secara nyata, sehingga semua yang ikut serta masuk ikut pula menyaksikannya secara takjub dan ajib yang mungkin menurut mereka tidak bisa hilang dari ingatannya selama umur masih dikandungan badan. Kami lanjutkan lagi ke cerita seputar dunia mistik yang aku peroleh. Lewat panduan sang guru yang telah diajarkan padaku, alhamdulillah akhirnya kita semua selamat dan bisa pulang kembali tanpa sedikitpun ada kendala, walau dalam perjuangan yang sebenarnya penuh haru dan tangisan bahagia yang tidak bisa dilukisakan oleh bentuk apapun juga. Nah, dari kisah inilah alhamdulillah aku sempat bertemu dengan sosok yang selama ini kami cari dan sempat pula mencium tangannya, yaitu, sulthonul bahri / penjaga laut sedunia, nabiyullah Hidir AS, dan demi tulisan ini pula kami sempatkan untuk berkata, Demi Allah, Demi Allah, Demi Allah, apa yang aku dapatkan selama ini adalah barang terbaik yang aku miliki, yaitu, mustika HUT nabiyullah Yunus As, / mustika ikan hutt sewaktu nabiyullah Yunus As, dalam perut ikan hutt selama 41 hari lamanya (secara hikayat yang tercantum dalam Al-Qur’an / tafsirnya). Mustika ini sengaja akau perlihatkan dikalangan umum yang Intinya siapapun yang ingin mencalonkan president maupun lainnya yang bersifat tahta dan keluhuran derajat. Baliya bin Malkan / Nabiyullah Hidir AS, telah mengijinkan padaku untuk menggunakan mustika hutt ini karena akibat faktor akhiruz zaman yang tersebut lagi bumi akan tutup usia. Sebelum sampai penghujung cerita, saya atas nama pribadi mohon maaf yang sebesarnya apabila ulasan ini terlalu fulgar dan sangat transparan. Bukan maksud menggurui siapapun, kami hanya ingin menceritakan yang sebenarnya atas apa yang pernah aku peroleh sewaktu datang ke dalam gua gunung Mujarrob yang sangat membawa pengaruh besar bagi umat manusia, wabil khusus tentang perputaran zaman yang selalu ditandai beragam fenomena langka yang selalu diawali dari karomah gunung Mujarrob.

Tentunya bagi para ahlillah dan ahli bathin khosois lainnya, tidak ada yang tidak paham tentang siapa jati diri, syeikh Sanusi sesungguhnya dan apa pula yang dimaksud dari maul Mujarrob yang disebut sebagai keluhuran seluruh desa Pamijahan, juga bagaimana syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, sampai bisa datang dari negaranya, Bagdad, hanya sekedar ingin disyahkan derajat kewaliannya. Dan kini koleksi dari syeikh Abdul Qodir Al Jaelani, masih bisa anda nikmati disalah satu areal Pamijahan, yaitu gua Safar Wadi, yang telah dibuatnya sendiri, bahkan dalam sejarah wali songo gua ini sempat dijadikan tempat bermusyawarahnya para Waliyullah. Semoga kisah ini membawa rohmat bagi para pemimpin bangsa dan selebihnya untuk keselamatan seluruh umat pada umumnya. Nah, bagi yang penasaran dengan letaknya gua gunung Mujarrob yang konon tidak ada dalam daftar peta maupun buku panduan, Misteri akan sedikit memberi jalan kepada anda sekalian. Apabila anda sudah pernah ke gua Safar Wadi, tentunya anda juga tahu betul akan jalan lurus yang sebelumnya belok ke kanan sebelum arah menuju gua safar wadi, yaitu naik ke atas bukit lewat jalan setapak yang sama sekali tidak pernah dijamah oleh kaki manusia. Apabila kita sudah sampai kesebuah bukit paling atas, berputarlah kearah kanan dan nanti disitu ada sebuah jurang yang sangat dalam, masuklah dengan jalan agak merangkak karena sangat licin dan juga terjal, turunlah sampai mentok kesebuah cadas berair, Nah, disitu anda bisa melihatnya secara jelas sebuah cadas berair, Nah, disitu anda bisa melihatnya secara jelas sebuah mulut gua kecil yang bila anda melihat kedalamnya tidak akan tembus pandang karena terlalu gelap. Berhati-hatilah bagi yang kurang persiapan mental, karena anda akan disambut saat akan masuk gua oleh beberapa kalajengking raksasa dengan panjang berkisar antara 30 sampai 40 cm. Semoga pembaca puas adanya.

Bung karno dan mustika naga derajat

Ditengah derasnya hujan angin, sosok bung Karno yang kala itu masih menjadi bocah angon yang berlari kecil menelusuri jalan setapak menuju bukit gorong, yang terletak di sebelah kanan sungai Penyu Cilacap, Jawa Tengah. Beliau membawa satu amanat dari salah satu gurunya KH. Rifai Bin Soleh Al Yamani (Hadrotul maut), Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai seorang pemikir handal yang mempercayai suatu kehidupan alam lain, beliau kerap mengasingkan diri dalam fenomena yang tak layak pada umumnya, yaitu selalu bertirakat dari satu gua kumuh, bebukitan terjal, hutan belantara hingga tempat wingit lainnya. Kisah ini terjadi pada Jum’at legi, bulan Maulud 1937 H. Berawal dari sebuah mimpi yang dialaminya. Di suatu malam, beliau didatangi seekor naga besar yang ingin ikut serta mendampingi hidupnya. Naga itu mengenalkan dirinya bernama, Sanca Manik Kali Penyu, yang tinggal didalam bukit Gorong, kepunyaan dari Ibu Ratu Nyi Blorong, yang melegendaris. Dengan kejelasan mimpinya, Bung Karno, langsung menemui KH. Rifai, yang kala itu sangat masyhur namanya. Lalu sang kyai memberinya berupa amalan atau sejenis doa Basmalah, yang konon bisa mewujudkan benda gaib menjadi nyata. Lewat suatu komtemplasi dan proswsi ritual panjang, akhirnya Bung Karno, ditemui sosok wanita cantik yang tak lain adalah Nyi Blorong sendiri. “Andika..!!! Derajatmu wes tibo neng arep, siap nampi mahkota loro, lan iki mung ibu iso ngai bibit kejembaran soko nagara derajat, kang manfaati soko derajatmu ugo wibowo lan rejekimu serto asih penanggihan” terang Nyi Blorong. Yang arti dari ucapan tadi kurang lebihnya : “Anakku !! Sebentar lagi kamu akan menjadi manusia yang mempunyai dua derajat sekaligus (Pemimpin umat manusia dan Bangsa gaib yang disebut sebagai istilah / Rijalul gaib). Saya hanya bisa memberikan sebuah mustika yang manfaatnya sebagai, ketenangan hatimu, keluhuran derajat, wibawa, kerejekian serta pengasihan yang akan membawamu dipermudah dalam segala tujuan” Mustika yang dimaksud tak lain berupa paku bumi, jelmaan dari seekor naga sakti, Sanca Manik, yang di dalam mulutnya terdapat satu buah batu merah delima bulat berwarna merah putih crystal. (Bisa dilihat dalam gambar atas) symbol dari bendera merah putih / negara Indonesia. Sebagai sosok mumpuni sekaligus hobbiis dalam dunia supranatural, (7) bulan, dari kedapatan mustika Sanca Manik, beliau pun bermimpi kembali. Yang mana di dalam mimpinya sosok Kanjeng Sunan KaliJaga beserta ibu Ratu Kidul Pajajaran (suami istri) menyuruh Bung Karno, datang ke bukit Tinggi Pelabuhan Ratu, Sukabumi – Jawa Barat.

“Datanglah Nak ketempatku..!!! Kusiapkan jodoh dari pemberian Putranda (Nyi Blorong) yang kini telah kau terima, tak pantas melati tanpa kembang kenanga, lelaki tanpa adanya wanita” Tentunya sebagai seorang yang berpengalaman dalam pengolahan bathiniyah, Bung Karno, adalah salah satu bocah yang sangat paham akan makna sebuah mimpi. Dalam hal ini beliau menyakini bahwa yang barusan dialaminya adalah bagian dari keneran. Dengan meminta bantuan kepada, Kartolo Harjo, asal dari kota Pekalongan, yang kala itu dianggap orang paling kaya, merekapun hari itu juga langsung menuju lokasi yang dimaksud, dengan membawa sedan cw keluaran tahun 1889. Kisah perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, ini cukup memakan waktu panjang, pasalnya disetiap daerah yang dilaluinya Bung Karni, selalu diberhentikan oleh seseorang yang tidak dikenal. Mereka berebut memberikan sesuatu pada sosok kharismatik berupa pusaka maupun bentuk mustika. Hal semacam ini sudah sewajarnya dalam dunia keparanormalan sejak zaman dahulu kala, dimana ada sosok yang bakal menjadi cikal seorang pemimpin. maka seluruh bangsa gaibiah akan dengan antusiasnya berebut memamerkan dirinya untuk bisa sedekat mungkin dengannya. Untuk mengungkapkan lebih lanjut perjalanan Bung Karno menuju Pelabuhan Ratu, yang dimulai pada hari Kamis pon, Ba’da Subuh, Syawal 1938H, pertama kalinya perjalanan ini dimulai dari kota Klaten Jawa Tengah. Di tengah hutan Roban, Semarang, beliau diminta turun oleh sosok hitam berambut jambul, yang mengaku bernama, Setopati asal dari bangsa jin, dan memberikan pusaka berupa cundrik kecil, berpamor Madura dengan besi warna hitam legam. Manfaatnya, sebagai wasilah bisa menghilang. Juga saat melintas kota Brebes dan Cirebon, beliau disuruh turun oleh (empat) orang yang tidak di kenal

1. Benama Kyai Paksa Jagat, dari bangsa Sanghiyang, memberikan sebuah keris beluk-5, manfaatnya sebagai wasilah, tidak bisa dikalahkan dalam beragumen.

2. Bernama Nyai Semporo, asal dari Selat Malaka, yang ngahyang sewaktu kejadian Majapahit dikalahkan oleh Demak Bintoro, beliau memberikan sebuah tusuk konde yang dinamai, Paku Raksa Bumi, manfaatnya, mempengaruhi pikiran manusia.

3. Bernama Kyai Aji, asal dari siluman Seleman, beliau memberikan sebuah pusaka berupa taring macan, manfaatnya, sebagai kharisma dan kedudukan derajat.

4. Bernama Ki Jaga Rana, memberikan sebuah batu mustika koplak, berwarna merah cabe, manfaatnya sebagai daya tahan tubuh dari segala cuaca.

Lalu saat melintas hutan Tomo Sumedang, beliaupun dihadang oleh seorang nenek renta yang mengharuskannya turun dari mobil, mulanya Bung Karno, enggan turun, namun saat melaluinya untuk terus melajukan mobil yang dikendarainya, ternyata mobil tersebut tidak bisa jalan sama sekali, disitu beliau diberikan satu buah mustika Yaman Ampal, sebagai wasilah kebal segala senjata tajam. Juga saat melintas digerbang perbatasan Sukabumi, beliau dihadang oleh segerombolan babi hutan, yang ternyata secara terpisah, salah satu dari binatang tadi meninggalkan satu buah mustika yang memancarkan sinar kemerahan berupa cungkup kecil yang didalamnya terdapat satu buah batu merah delima mungil. Sesampainya ditempat yang dituju, Bung Karno dan temannya mulai mempersiapkan rambe rompe berupa sesajen sepati, sebagai satu penghormatan kepada seluruh bangsa gaib yang ada di tempat itu, tepatnya malam rabo kliwon, Bung Karno, mulai mengadakan ritual khususiah secara terpisah dengan temannya, semua ini beliau lakukan agar jangan sampai mengganggu satu sama lainnya dalam aktifitas menuju penghormatan kepada bangsa gaib yang mengundangnya. Dua malam beliau melakukan ritual tapa brata, dengan cara sikep kejawen yang biasa dilakukannya saat menghadapi penghormatan kepada bangsa gaib, lepas pukul 24.00, Seorang bersorban dan wanita cantik yang tiada tara datang menghampirinya, mereka berdua tak lain adalah Sunan KaliJaga dan Nyimas Nawang Wulan Sari Pajajaran, yang sengaja mengundangnya. “Anakku..!! Dalam menghadapi peranmu yang sebentar lagi dimulai, ibu hanya bisa memberikan sementara sejodoh mustika yang diambil dari dasar laut Nirsarimayu (dasar laut pantai selatan sebelah timur kaputrennya) ini mustika jodohnya dari yang sudah kamu pegang saat ini, gunakanlah mustika ini sebagai wasilah kerejekian guna membantu orang yang tidak mampu, sebab inti dari kekuatan yang terkandung didalamnya, bisa memudahkan segala urusan duniawiah sesulit apapun” Lalu setelah berucap demikian, kedua sang tokoh pun langsung menghilang dari pandangannya. Kini tinggal Bung Karno, sendirian yang langsung menelaah segala ucapan dari Ibu Ratu, barusan.
Didalam tatacara ilmu supranatural, cara yang dilakukan oleh Bung Karno, diam menafakuri setelah kedapatan hadiah dari bangsa gaib tanpa harus meninggalkan tempat komtemplasi terlebih dahulu, adalah suatu tatakrama yang sangat dihormati oleh seluruh bangsa gaib dan itu dinamakan, Sikep undur / tatakrama perpisahan.
Dari kejadian itu Bung Karno, langsung mengambil sikap diam dalam perjalanan pulang sambil berpuasa hingga sampai rumah / tempat kembali semula, cara seperti ini disebut sebagai, Ngaula hamba / mentaati peraturan gaib supaya apa yang sudah dimilikinya bisa bermanfaat lahir dan bathin. Dalam kisah ini bisa diambil kesimpulan bahwa, segala sesuatunya bisa bermanfaat, apabila disertai kerja keras dan tetap memegang penghormatan dalam menggunakan apapun yang bersifat gaibiyah, bukan malah sebaliknya, berandai-andai yang mengakibatkan kita jadi malas.

Kisah ini sudah mendapatkan ijin dari Ahlul Khosois, Habib Umar Bin Yahya, Pekalongan, Habib Nawawi Cirebon, Habib Nur, Indramayu dan Mbah Moh, dari Pertanahan Kebumen Jawa Tengah. Semoga yang kami uraikan tadi bisa diambil hikmah dan manfaatnya. Aminn…

Berkah petualangan gaib dialas jati Cirebon

Dalam petualangan gaib di hutan keramat ini, Misteri mendapat pengijazahan berupa ilmu kerezekian dengan media kayu setigi. Bagaimanakah rahasianya ? Kisah berbau gaib ini memang sudah cukup lama berlalu. Persisnya berlangsung pertengahan tahun 1998 silam. Meski begitu, ada sisi yang amat menarik dari perjalanan gaib ini, yang barangkali saja bisa bermanfaat bagi Pembaca majalah kesayangan ini. Waktu itu, Misteri diajak oleh seorang teman bernama Abdullah Fanani. Kami pergi ke suatu hutan legendaris bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya, yang dikenal dengan nama Alas Jati. Dikatakan legendaris sebab menurut kisahnya, pada masa kejayaan Sultan Cirebon yang dipimpin oleh seorang Waliyullah Kamil, Sultan Sarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, hutan ini selalu dimanfaatkan kayu jatinya yang terkenal bagus dan panjang menjulang untuk dijadikan tiang penyangga masjid. Bahkan, masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon yang sangat terkenal akan kekeramatannya itu, hampir seluruh kayunya diambil dari Alas Jati. Cerita lain menyebutkan, Alas Jati ini sering juga dijadikan tempat bertapa Wali Songi dan santrinya untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta Alam. Disitu pula berbagai aktivitas penggemblengan ilmu bathin diajarkan para sunan. Meski zaman telah berkembang dengan pesat, namun kawasan Alas Jati masih tetap dipercaya mengandung kesakralan dan fenomena gaib tertentu. Sebagai contoh, dalam keseharian masyarakat Desa Benda Kerep dan sekitarnya, menganggap Alas Jati sebagai hutan yang sangat wingit. Jarang sekali ada warga yang berani memasuki kedalaman hutan ini seorang diri. Menurut cerita penduduk yang tinggal disekitar lereng Alas Jati, hutan jati ini masih sering menampakkan berbagai fenomena gaib, seperti kesaksian sejumlah warga Desa Benda Kerep yang mengaku pernah melihat kawasan hutan jati tersebut berubah menjadi sebuah pasar malam, dengan pengunjungnya yang berlimpah ruah. Ada juga kesaksian yang menyebutkan bahwa warga memang sering mendengar suara gamelan yang mendayu-dayu sedemikan rupa. Lebih dari itu, ada pula warga yang telah mendapat berbagai macam benda pusaka. Berbagai kesaksian tersebut rupanya cukup menarik perhatian Abdullah Fanani. Dan sebagai seorang yang gemar bertualang menyibak kemisteriusan dunia gaib, tentu saja ajakan sang teman tak bisa Misteri tolak. Apalagi, Abdullah Fanani mengatakan kalau dirinya ingin berburu pusaka di dalam kelebatan Alas Jati yang Wingit itu. Setelah menyusun kesepakatan, akhirnya berangkatlah kami berdua. Dengan berbekal keyakinan dan berbagai perlengkapan yang cukup memadai, Alhamdulillah akhirnya perjalanan kami sampai juga di perbatasan Desa Benda Kerep. Sesampainya disana, kami harus menyelusuri sungai sejauh kira-kira 2 Km. Hal ini harus kami lakukan sebab setahu kami memang tak ada jalan lain, kecuali lewat sungai tersebut. Di saat matahari mulai terbenam ke ufuk barat, kami telah sampai di bibir Alas Jati. Tanpa peduli dengan kegelpan yang mulai meliputi sang mayapada, kami ters melangkah lebih jauh masuk ke dalam hutan. Sambil menyusuri setapak demi setapak areal Alas Jati, Misteri tak kuasa untuk menghayati pemandangan yang terhampar di sekelilingnya. Subhanallah ! Misteri amat takjub dengan seluruh pepohonan besar yang berbaris sedemikian rupa, seolah para raksasa yang berdiri mengawal keagungan awal. Anehnya pemandangan suasana hutan yang terhampar di sekeliling Misteri yakini pernah terlihat dalam mimpi tiga tahun yang lalu. Ya mimpi itu benar-benar menjadi suatu kenyataan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi ? Entahlah ! Yang pasti, Misteri bertemu dengan seorang kakek yang memberikan sebatang kayu terbentuk papan, berwarna hitam legam yang ditengahnya terdapat rajah berupa deretan huruf-huruf Hijaiyah (Arab).

Lambat laun, lamunan Misteri buyar oleh suara Abdullah Fanani yang memberi tahukan bahwa waktu Maghrib telah tiba. Dia pun mengumandangkan Adzan. Setelah kami sama-sama mengambil wudhu di aliran sungai kecil yang tak jauh dari tempat kami. Setelah itu kami melakukan sholat berjamaah. Selepas sholat, Misteri mulai mempersiapkan segala sarana untuk ucapan ritual, yang sebelum berangkat memang sudah kami dipersiapkan di rumah. Tepat pukul 21.00 WIB, Misteri dan Abdullah Fanani berpisah untuk mencari tempat masing-masing. Tentu saja maksudnya agar kami bisa khusyuk dalam melakukan ritual yang akan digelar, sesuai dengan permaksudan masing-masing juga. Lewat sebuah amalan pembuka pintu gaib, Misteri mulai memusatkan segenap konsentrasi untuk masuk ke alam dimensi maya. Entah sudah berapa jam Misteri memusatkan konsentrasi, bahkan berbagai amalan dan ajian yang berbeda-beda sudah Mistei gunakan, namun amalan dimensi lain belum juga terbuka tirainya. Baru menjelang pukul 02.30 WIB, Misteri mulai bisa menyibak alam lain yang ada di Alas Jati. Subhanallah ! Yang pertama Misteri lihat ternyata sebuah pasar malam yang banyak sekali pengunjungnya. Dengan suatu urutan kejadian yang sulit diceritakan lewat untaian kalimat, yang jelas Misteri mulai menapaki ruas jalan di arena pasar malam yang didapati orang tengah belanja itu. Anehnya! Semua orang yang ada dipasar itu tidak ada satu pun yang salah menyapa. Gerak-gerik mereka serba cepat, seolah semuanya diburu waktu untuk mengejar kepentingan pribadi masing-masing. Dalam pandangan mata Misteri, pasar itu tak ubahnya seperti pasar pada umumnya yang ada di alam manusia. Hanya saja barang-barang yang diperjual-belikan nampak sangat janggal. Barang dagangan yang mereka jual belikan seluruhnya tidak sama dengan dagangan bangsa manusia. Ya, mereka banyak menjual berbagai pusaka, kuningan sari, batu permata, intan berlian, dan berbagai macam uang kuno. Entah sudah berapa jauh Misteri menyelusuri pasar gaib. Karena terasa lelah, akhirnya Misteri beristirahat di sebuah mushola kecil yang sepertinya sudah sangat tua. Ketika Misteri akan masuk ke dalam mushola tersebut, tiba-tiba dari dalamnya keluar seorang kakek. Rupanya si kakek sengaja ingin menyambut kedatangan Misteri.
“Selamat datang Anakku!” Cetus si kakek. Sikapnya amat ramah, dengan senyum yang terasa menyejukkan. Misteri pun memberi hormat padanya dengan cara mencium jemari tangannya. Setelah itu si kakek memeluk pundak Misteri, dan mengajaknya masuk ke dalam mushola tua. “Anakku, aku sangat senang sebab kau bisa datang di kediamanku itu. Sudah lama aku menunggumu. Rasanya, sudah tiga tahun menurut hitungan bangsa manusia. Ingat, aku pernah hadir dalam mimpimu, bukan? “Subhanallah! Misteri baru sadar kalau kakek inilah yang memang pernah hadir dalam mimpi tiga tahun silam itu. “Ya, saya baru ingat kakek memang pernah hadir dalam mimpiku. Tapi, benarkah kakek yang dalam mimpi itu memberikan kayu hitam kepadaku ? Tanya Misteri. “Benar, cucuku!” Jawab si kakek. “Masya Allah!” Misteri langsung menubruk si kakek. Rasa haru, sedih, bahagia, bercampur aduk dalam dada Misteri. Bahkan, entah mengapa, saat itu Misteri sempat menangis untuk sesuatu yang tak jelas. Mungkin, karena Misteri merasa telah melampaui suatu kegaiban yang amat sulit dicerna dengan akal sehat. Setelah keadaan berubah tenang, si kakek baru mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. “Nak, inilah kayu hitam yang pernah aku berikan kepadamu dalam mimpi itu!” Katanya. Misteri hampir tak percaya dibuatnya, sebab kayu yang diberikan si kakek wujudnya memang sama persis dengan kayu yang diberikannya lewat mimpi tiga tahun silam. Dari pertemuan ini akhirnya Misteri jadi tahu kalau si kakek bernama ki Waru Seta. Beliau berasal dari golongan bangsa Jin Muslim. Dan kayu hitam pemberian si kakek itu ternyata adalah Kayu Setigi. Tapi yang paling penting, dalam pertemuan itu Misteri diajarkan beberapa ilmu, diantaranya apa yang disebut sebagai ilmu Rajah Kerejekian. Waktu tidak terasa,