Total Tayangan Halaman

Minggu, 22 Mei 2011

Dibalik Rahasia Goib Wafatnya Rijalullah Bumi

POSTED BY ON NOV 4, 2010 IN MISTIK, SELURUH KATEGORI | 12 COMMENTS

Indahnya alam terkikis sudah. Bertubi bencana menutup keasrian dunia. Hitamnya noda yang tertumpah dari insan yang hidup, mulai menjalar membawa dampak kerusakan alam.

Lumpur kotor dari jasad manusia, cahaya sholawat dan doa yang kian redup memudar. Mengikis tatal bumi yang kian rapuh. Rajeg bumi yang mulai retak, berujung tumbang tanpa terkendali, alam mulai tidak terjaga. Semua akibat sirnaning wafatnya Rijalullah bumi.

Hembusan angin sesaat diam, cerahnya langit berganti redup, para Malaikat berdatangan turun, para nabi bertahmid khusyu, para syuhada menyerukan segala pujian, para waliyulloh kamil menitikkan seuntai permohonan dan para ahli surga mempersiapkan diri menyambut kedatangannya.

Dalam kepergian sang kekasih Illahi, seisi alam bergemuruh duka, nasib manusia tiada terjaga, keselamatan alam berdampak bahaya, hilangnya kekasih sulit dicari. Seabad lamanya baru dapat pengganti.

Innalillahi Wainna Illahi roji’uun. Gelap gulita bagi yang paham. Tersentak kaget bagi yang mengerti. Hari senin, tanggal 26 Maret tahun 2007 seorang Rijalullah bumi yang telah menduduki derajat waliyulloh walma’rifat billah Al-Karim Walfadhil mimmakumil atsman, Habib Syeikh Muhammad Abdurrohman bin Ahmad As-segaf Minkaromatil Auliya’ (Tebet Jakarta) telah pulang kerahmatulloh

Dalam pemaparan ahluttasawwuf banyak dijelaskan: imam Gozali pernah berujar “tidak ada yang ditakutkan dalam kehidupan manusia, kecuali meninggalnya kekasih Robbul Ijati” sedangkan menurut Imam Hanafi “tidak ada yang bisa menahan azab-Nya (Alloh), kecuali hanya orang-orang yang menjadi pilihan-Nya”.

Bahkan imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Dinar jauh-jauh sudah menegaskan, tentang makna dari dampak wafatnya seorang hamba pilihan, diantara, kata bahasanya:

“celakalah…..wahai manusia yang terlelap akan segala urusan duniawi, sebentarlagi bumi akan melipat dan menimbun sebelum kau terjaga, bumi akan menjadi lautan dan manusia akan terlingkup di dalamnya. Masa tidurmu akan menjadi tidur terpanjang dalam sejarah hidupmu. Azab yang tidak bisa dicegah, kematian yang tidak bisa dihindarkan. Semua hancur seketika semudah kita membalikkan kedua telapak tangan. Kecuali, seandainya kekasih yang menjadi hamba pilihannya bisa dibangkitkan kembali dari kematian.

Sampai begitukah….dampak kengerian dari hilangnya Auliya Kamil?

Ya, mungkin saja dibalik wafatnya rijalullah bumi ini tidak berdampak negative dalam kemaslahatan ummat manusia, terutama di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Walau dalam hakikat sendiri,jelas jelas diterangkan: azab akan terus datang karena dosa dan noda manusia yang kian hari bertambah rusak.Disisi lain, tidak adanya suatu peredam, dari sang saka bumi sendiri.

Seperti kejadian lima bulan yang lalu, setelah salah satu Rijalullah Bumi mangkat di sisi Sang Cipta Semesta Alam (Habib Syeikh Muhammad Al-Fakih) berbagai cobaan melanda negeri ini. Dari jatuhnya pesawat Adam Air yang tak pernah diketahui lagi dimana keberadaan awak pesawat tersebut. Sampai terbakarnya beberapa pesawat dan kapal laut.

Juga tanah longsor yang mulai mewabah di berbagai daerah sampai angin puting beliung yang memporak porandakan rumah-rumah yang menjadi imbas dari noda hitam yang ditorehkan manusia-manusia yang berhati dzolim. Mengapa semua ini bisa terjadi?… inilah pengakuan dari dua tokoh legendaris di zaman Walisongo.

Disaat Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan, sedang mencapai derajat fana” lewat bimbingan Khutbur Robbani, Sunan Gunung Jati, Pada waktu itu masyarakat jawa digegerkan dengan kabar meninggalnya Sunan Ampel Denta, salah satu wali songo, yang menyebarkan syiar Islam dan bermukim tetap di daerah Ampel Jawa Timur.

Kedua tokoh yang berasal dari Bagdad ini (Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan) meraung-raung dengan tangisan yang menyayat hati.bagi siapapun yang melihat. Mereka silih berganti melantunkan kidung kesedihan, di antara kidung tersebut:

“Duh, gusti Agung piwalem, sampurnaning islam tumbang kabagjan, pendongo alam surut pakewoh, sir pandengo ratumeko, sir pangganti ra tumibo, rusak alam sifat manungso, tatal lebur gowo perkoro” yang kurang lebih artinya: “Aduh gusti yang Maha Pengasih, kini islam telah sempurna di bumi jawa, namun sepeninggal dari hamba pilihan-Mu (Sunan Ampel) siapa yang bisa memohon secepat dia untuk keselamatan Negara dan alam semesta. Pertahanan bumi telah tiada, saka pengganti takkan bisa sama, alam akan mudah rusak karena semua ulah dari manusia itu sendiri.

Dari lantunan isi kidung, sudah jelas dan bisa di paham akan dampak kepergian seorang pilihan yang menjadi kekasih Alloh SWT. walau pada masa itu walisongo yang lainnya masih hidup.dan sebagai waliyulloh kamil, yang mana setiap doa dan permohonan mereka selalu didengar oleh Sang Maha Agung. Tapi, bagaimanapun kokohnya suatu pertahanan bumi, dengan ketiadaanya satu saja dari mereka, dampak itu selalu saja ada.

Bagaimana dengan Jakarta sendiri yang baru saja ditenggelamkan dengan sederetan sungai Ciliwung? Dan ada apa di balik sepeninggal Rijalullah bumi yang baru saja meninggalkan kita semua? (Syeikh Abdurrohman bin Ahmad as seqof) Ya… semoga saja tidak akan terjadi lagi suatu musibah di belahan bumi ini, wabil husus, tanah air tercinta, Indonesia.

Nah, sebagai suatu pemahaman saja, dalam hakekat secara tafsiri diterangkan, bahwa, Alloh SWT. menjadikan alam semesta ini selalu dijaga oleh hamba yang menjadi kekasih pilihannya. Dan dari seluruh hamba yang dipilih, Alloh SWT. menempatkan menurut derajat dan makomnya masing-masing.

Diantara sisi lain, mereka salaing terkait dan saling berkomunikasi lewat asbab penyambung, seperti contoh:

Tatkala Alloh SWT. akan mengazab suatu daerah karena banyaknya kedzoliman yang diperbuat oleh manusia bumi, Alloh SWT. tidak langsung turun tangan melainkan memberi mandat / wahyu pada malaikat Jibril as sebagai suruhannya. Nanti dari wahyu tersebut malaikat Jibril as menyampaikan pada malaikat Maithothorun, yaitu, malaikat yang ditugaskan sebagai penjaga bumi.

Dari malaikat sayyid Maithothorun, disampaikannya pada nabiyulloh Hidir as dan dari nabiyulloh Hidir as akan disampaikan pada ahlillah bumi (Rijal). Nah, dari sinilah suatu pinalti “azab” digodok secara berskala. Biasanya para Rijalullah bumi akan mengambil dua jalan yang menjadi tanggungjawabnya. Diantaranya:

  1. THORIQUSSALAMAH (jalan keselamatan)

Menanggapi azab Alloh SWT. seisi alam pasti sudah mengetahui lewat hawatif dari kelebihan masing-masing sebagai mahluk af’alulloh, seperti bumi misalnya,

Bumi ini akan meluap-luap dan telah siap akan memuntahkan Lumpur panasnya. Untuk menenggelamkan mahluk yang berada di atasnya. Gunung dan bebatuan memercikkan api lahar yang meluluh lantakkan seisi alam jagat raya. Angin beliung menyapu bersih permukaan tanah, air laut terpecah belah menenggelamkan seluruh daratan. Namun, semua tergantung dari izin Rijalullah bumi yang memang jauh-jauh sudah diberi hakkul mutlak, untuk juru penyelamat alam semesta.

Dari azab yang sangat mengerikan ini, para Rijalullah bumi akan menakar, antara dosa dan semua amal manusia bumi. Dimulai, dari pemimpin rakyat, lalu pengusaha kaya, dan yang terakhir rakyat jelata.

Apabila takaran itu, suatu kemaslahatan dari mereka masih bisa dinetralisir untuk bisa merubah segala sifat dosa menjadi kebajikan, maka, semua Rijalullah akan terus memohon kepada-Nya. Suatu keselamatan untuk umat manusia.

Sebab dalam ketauhidan sendiri sudah dijelaskan: “tidak ada satupun Ahlillah yang berdiam diri dalam suatu musibah dan bencana alam semesta. Mereka terus berdoa untuk keselamatan umatnya.

  1. THORIQUTTASLIM (jalan menerima)

Saat azab Alloh SWT. mulai diserukan lewat wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril as kepada seluruh ahlillah yang sudah disebutkan di atas. Dan semua Rijalullah bumi mengetahuinya lewat nabiyulloh Hidir as. Yang menyampaikannya dengan kemurkaan.

Maka para Rijalullah bumi hanya bisa pasrah dan menerima segala azab yang akan turun sesaat lagi, mereka akan berbondong pergi dari tempat tersebut sambil terus memohon kepada Sang Kholik atas segala dosa manusia yang diperbuatnya sehingga menjadikan Alloh SWT. murka dan mengazabnya.

Lantas bagaimana dengan zaman akhir, seperti sekarang ini? Satu persatu para Rijalullah telah mendahului kita pulang ke rahmatulloh sebagai sunaturrosul, siapakah yang bisa meredam seluruh bencana yang kian hari kian tampak?

Kini para Rijalullah sedang berkumpul di daerah Cirebon. Mereka berharap, lewat sentral khutbul muthlak dan syafaat baburrohmat Sunan Gunung Jati yang menjadi Sulthon semua wali Jawa, akan didengar semua permohonan para Rijalullah Bumi, khususnya, keselamatan Negara dan rakyat Indonesia.

Diantara syair para Rijalullah bumi saat penyambutan terakhir, Syeikh Abdurrohman bin Ahmad As-Segaf, yang sempat misteri simak dari salah satu Rijalullah kurang lebih syairnya sebagai berikut:

“Duhai ruh yang telah menyatu dengan dzatulloh, keindahan Asma-Mu telah tercatat sebagai kebanggaan penghuni surga. Jasadmu terjaga dari belatung dan cacing tanah, namamu terukir diantara langit dan arsy. Wahai bathin yang menjadikan iri para semua malaikat alamul jabarut. Kau telah bertugas dengan kesempurnaan akhlak dan tanggung jawab penuh, bumi dan langit, gunung dan bebatuan, mengiringi kesedihan atas kepemimpinan yang kau torehkan sewaktu menjadi penghuni alam dunia, kini, kau telah mendahului dengan keridhoan dan khusnul khotimah yang kau bawa, kini hanya manusia yang dhoif dan pendosa yang kau tinggalkan. Kau telah berbahagia di alam sana. Tugasmu telah selesai dan berlimpah di punggung kami semua. Semoga dengan limpahan rahmatmu, kita semua bisa meredam segala marabahaya.

“Dunia adalah mainan buatmu, dunia adalah cerita dari semua kisah, dunia adalah derajat dari semua pahala, dunia adalah dosa dari semua kealpaan, kini tugas berat telah berlimpah pada manusia lain.”

MENGENAL AZAB ALLOH SWT.

Dalam dhaukiyatus sifar wal af’al wadzatulloh, Al Alim walma’rifatillah, Habib Syeikh Al-Fadhil Ibnussirboni Husein bin Ahyal Al-Adzomatul Khon berpendapat

“bahwa turunnya adzab terbagi menjadi beberapa sifat. Di antaranya ada yang satu minggu dari perintah Alloh SWT. Langsung bumi dilipat dan hancur lebur, ada juga dua sampai empat bulan azab baru turun. Ada yang ketujuh bulannya. Ada pula yang bertahun bertahun lamanya adzab itu baru turun kebumi, Mengapa?

Semua adzab dapat diredam oleh mereka yang menjadi pertahanan bumi, hanya saja. Apakah mereka akan terus menjaga alam jagat ini, sedangkan manusia lainnya tidak mau bertanggungjawab dan tidak mau di salahkan? Ya… mungkin semua harus kembali lagi ke masing sifat manusia itu sendiri.

Semoga dengan pemahaman yang mengarah ke suatu keimanan hati ini akan menjadi suatu penyemangat untuk berlomba dalam mencari kemaslahatan hidup di hari akhir nanti.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini, Awal mula saya ikut pesugihan, Karena usaha saya bangkrut dan saya di lilit hutang hingga 900jt membuat saya nekat melakukan pesugihan, hingga sutu waktu saya diberitahukan teman saya yang pernah mengikuti penarikan uang ghaib dengan Kyai.Sukmo Joyo dan menceritakan sosok Kyai.Sukmo Joyo, saya sudah mantap hati karena kesaksian teman saya, singkat cerita saya mengikuti saran dari pak.kyai saya harus memilih penarikan dana ghaib 1 hari cair dengan tumbal hewan dan alhamdulillah keesokan harinya saya di telepon oleh pak kyai bahwa ritualnya berhasil dana yang saya minta 3Milyar benar-benar masuk di rekening saya, sampai saat ini saya masih mimpi uang sebanyak itu bukan hanya melunaskan hutang ratusan juta bahkan mampu membangun ekonomi saya yang sebelumnya bangkrut, kini saya mempunyai usaha di jakarta dan surabaya yang lumayan besar, saya sangat bersykur kepada allah dan berterimakasih kepada pak. Kyai.Sukmo Joyo berkat beliau kini saya bangkit lagi dari keterpurukan. Jika ada teman-teman yang sedang mengalami kesulitan masalah ekonomi saya sarankan untuk menghubungi Kyai.Sukmo Joyo di 085219106237 agar di berikan arahan. Untuk lebih jelasnya bisa kunjungi situsnya Pondok Spiritual Al-Hikmah
      http://sukmo-joyo.blogspot.co.id/

      Hapus